Otobiografi

Hidupku

posté le 06-10-2018 à 09:17:23

PINDAH LAGI

          Seminggu tinggal di Kuningan serasa lama sekali , seisi rumah pada sakit.                 Kita akhirnya dengan sebuah truk pindah ke Kemayoran,kita duduk dibelakang truk bercampur dengan barang-barang seadanya yang kita punya.

Kita  pindah di Jln Jembatan Haji Ung tidak jauh dengan Masjid Jamik, di rumah ibunya mba Atun, aku memanggilnya mba Atun, dia seorang wanita muda berambut panjang lurus dengan raut muka manis dan badan tidak gemuk. Mba Atun nama yang sama dengan nama ibuku jadi gampang mengingatnya. 

Mba Atun punya saudara semua perempuan, mba Yati,mba Ani,mba Ndari serta yang bungsu Pinah. aku selalu bermain dengan Pinah karena seumuran denganku tapi kelihatannya lebih tua setahun dariku.

          Rumahnya terbuat dari dinding bambu beratap alang-alang serta banyak kamar, dua kamar  belakang  sebelah kiri disewakan sama orang sunda,dua kamar belakang disebelah kanan disewakan dan satu kamar disewakan sama kita. Jadi kita tinggal dikamar samping dengan jalan disampingnya untuk kita lalui sebab disitu ada rumah tetangga satu rumah yang disewakan juga.

          Sementara rumah sebelah lebih bagus dari rumah yang kita sewa.

          Dengan kepindahan kita otomatis sekolah kita juga pindah, kalau tidak salah aku pindah pas kelas mau kelas tiga SD dari SD Negeri pindah ke SD Muhammadiyah 45 Kemayoran. Disini kehidupan kita lebih susah dari sebelumnya.

          Kita menyewa ruangan/kamar  ukuran  4x4 m dngan berlantaikan tanah,dinding pagar bambu,atap alang-alang. Dalam ruangan terdiri dua tempat tidur kecil,  satu tempat tidur kecil untuk bapak dan ibu dan dipisahkan hordeng . Satu lagi bale-bale kecil tanpa kasur serta dua buah kursi sofa kecil yang sudah usang dan sebuah meja kecil, kompor,rak piring kecil terbuat dari kayu serta kompor minyak tanah satu buah. diluar ada bale kecil terbuat dari kayu ukuran kira-kira satu meter lebih,ketika malam hari bale dimasukkan kedalam dan kursi sofa kecil dikeluarkan maka jadilah untuk didalam bale kecil menjadi bale agak besar penyambung kaki ketika kita tidur untuk empat orang,emak,aku,masku,adik laki-lakiku sedang adikku yg masih kecil  tidur dengan kedua orang tuaku. Ditengah kehidupan yang serba susah kita jalani dengan tabah dan barang tentu kita tetap menjalani sholat lima waktu. 

          Aku kurang tahu pasti perkerjaan bapakku pada waktu itu yang aku tau pasti kita bisa makan dengan ala kadarnya walau  kadang pas kita enak-enaknya makan nasi sudah habis dan bayar sekolah yang selalu nunggak karena ketidak mampuan kita untuk membayar. Aku acungkan jempol dengan kedua orang tuaku walau susah dia tetap menyekolahkan anak-anaknya. tidak mudah menyekolahkan dua anak.

         Aku lupa menceritakan kita mandi di kamar mandi,toilet,sumur dan untuk mencuci belakang rumah bersama-sama dengan yang lainnya jadi kadang kita antri untuk mandi maupun untuk menimba air dari sumur.

         Kemayoran tidak jauh dari laut sehingga kita untuk minum dan masak harus beli dari tetangga yang punya PAM atau beli dari tukang jual air yang lewat pakai gerobak pakai derigen dari seng tapi lebih mahal sedikit.

         Disekitarku yang punya PAM tante Mardio tapi kadang kita harus ngantri untuk membelinya sebab kadang PAM airnya kecil keluarnya.

         Tante Mardio termasuk salah satu tetangga yang kaya disekitar kita,dia dan suaminya orang jawa Tengah kalau enggak salah dari Kudus.

         Tante Mardio tidak punya anak,sehingga mengadopsi anak dari tetangga sebelah nama anaknya Titi. Titi teman akrabku dia berkulit hitam manis dan berhidung mancung serta bermata bulat sangat menarik .

         Rumah tante Mardio besar,panjang dan terbuat dari dinding semen,dibagian balakang bertingkat dan dibelakang akhirnya dibuat untuk ruang percetakan dengan beberapa karyawan setelah keponakankan tante yang bernama om Edy tinggal bersamanya.

 

 

                                        Kemayoran  th 2018

 

 

 

 

 


 
 
posté le 23-09-2018 à 08:20:26

PINDAH RUMAH

           Entah kenapa pada waktu itu kami sekeluarga pindah ke Kuningan , Kuningan bukan jawa Barat tapi Kuningan dengan dekat Jln. Jendral Subroto.

          Yang jelas pada waktu itu rumah yang kami tempati oleh om dan bulek beserta keluarga yang tinggal di Jln. Jendral Subroto. 

          Untung kami tinggal bersama dengan keluarga om dan bulek tidak lama selama rumah yang dikuningan dibangun. Ternyata dalam satu rumah ditempati dua keluarga tidak akan bagus,masalah akan selalu aja ada.

          Hari untuk pindah kamipun tiba, saya lupa untuk bagaimana kami sampai disana dengan saya lupa yang jelas saya ingat kami mendiami rumah yang belum jadi, plafon rumah belum ada,sehingga kalau malam hawa dingin merasuk ketulang.

          Rumah kami di perkampungan Kuningan tapi kira-kira berjarak 10 m disana terlatak Perumahan para menteri yang super bagus pada waktu itu. Barang tentu kita tidak berani untuk kesana dan kita hanya bisa melihat dari jauh.

          Rumah kita masih dikatakan belum sempurna ,kamar masih dalam darurat begitupun lantainya serta toiletnya jauh , toiletnya di bekas sumur yg tidak terpakai berupa lubang besar dan diberi dua buah papan untuk jongkok dan diberi aling-aling agat kita tidak terlihat, orang bilang namanya jamban. Pokoknya sangat memperhatinkan dan aku terus terang merasa tidak betah.

          Aku melihat kedua orang tuaku dengan tabah menerima semua ini.

          Ada kejadian lucu ketika aku akan berangkat sekolah, pada waktu itu habis hujan dan tanah kampung tanahnya tanah liat sehingga kalau diinjak dengan sandal atau sepatu akan lengket, ini akan menyulitkan utk melangkah.

          Orang tuaku bilang " Cepat udah siang, nanti kamu terlamat kesekolah " dan aku berangkat karena situasinya belok sehingga memperlambat langkahku,sedang aku lihat matahari sudah hampir naik,akhirnya aku buka sepatuku dan aku kembali lagi dengan kaki telanjang serta tergopoh gopoh kembali ke rumah untuk  berganti dengan sandal tapi ala makkk.... digang kecil aku dihadang kambing, dengan marahnya kambing ingin menandukku akupun panik untuk tidak jauh dari rumah aku lempar sepatuku dan aku kembali tergopoh-gopoh untuk pergi ke Sekolah lagi dengan napas terengah-engah dan tanpa sepatu maupun sandal , sampai disekolah aku cepat-cepat kesumur dan mencuci kakiku , pasti aku kena setrap tanpa sepatu dan datang terlambat. Betul saja ketika sampai di kelas dengan mata melotot aku dimarahi guru dan aku hanya bisa menunduk karena memang ini salahku Walhasil hari itupun aku disetrap tidak didepan kelas disaksikan teman-temanku,aku berdiri didepan kelas dengan menunduk dengan sesekali aku dengar bisikan teman-temanku ada yang iba dan ada yang mensyukuri ,akhirnya lonceng berbunyi tanda istirahat dan akupun bebas dari penyetrapan. Aku cerita kepada sahabatku kenapa aku terlambat,mereka tertawa mendengar ceritaku.

          Tinggal di Kuningan adalah pengalaman pahit untukku dan dan keluarga, walau cuman seminggu tapi itu pahit untuk kita semua,untukku serasa lama sekali. 

 

 


 
 
posté le 10-09-2018 à 15:25:07

           Aku ingat Potongan rambutku selalu memakai poni, kalau anak zaman sekarang yang suka lihat film kartun Dora seperti itulah potongan rambutku. Aku kalau motong rambut di tempat cukur untuk laki-laki ,karena aku kecil maka untuk terlihat muka didepan cermin gagang kursi kiri dan kanan  diberi papan dan aku duduk dipapan itu. Orang tuaku selalu membawaku untuk potong rambut di Pasar disamping sekolah dimana aku bersekolah.

           Ingatanku melayang ketika kerumah bulekku yang ada di Gaton subroto, karena suka nonton film koboy di rumah orang kaya, ingat pada waktu itu TV merupakan barang mewah walau TV hitam putih hanya orang yang kaya bisa membelinya dan dikampungku hanya satu orang yg memilikinya. Banyak orang yang datang kesana untuk mmenonton acara TV dan Chanel yang ada barang tentu hanya satu.

          Untung orang yang memiliki TV bukan orang kaya yang tergolong sombong , mereka orang yg baik karena mau bergaul dengan masyarakat sekitarnya dan merelakan rumahnya untuk kita menonton setiap malam walau duduk diubin kita sudah senang kadang kalau ruangan penuh maka orang banyak yang lihat dipintu.

          Sehinggga menghalangi pemilik rumah untuk keluar masuk, tapi mereka tetap mempersilahkan orang-orang untuk melihat TV di rumahnya, semoga mereka masuk disurgamu yaaa Allah karena kebaikannya aamiin 

          Nahhhh.. film kesukaanku koboy, sampai gaya koboypun aku ikutin.

          Aku terusin ceritanya... karena terobsesi dengan film koboy aku membayangkan kambing milik bulekku aku tunggangi dan aku gebuk pantat si kambing... aduhhh mak ! kambing terkejut dan lari akupun terjatuh ditanah dengan badan penuh tanah dan pakaian kotor. 

          Ketika pertama aku melihat di TV astronout pertama menginjak bulan aku baru tau ternyata bulan bopeng banyak batu batu ,tidak ada air,gersang tidak ada tumbuhan, banyak orang yang menonton penuh dengan decak kagum dan terpesona.           Jangankan aku yang anak kecil yang orang dewasa aja terpesona dan decak kagum tak henti-hentinya dari mulut mereka. Bayangan Bulan itu mulus sirna setelah melihat wajah asli bulan ternyata tidak semulus yang aku bayangkan, alangkah besarnya ciptaan Allah . 

          Aku ingat waktu banyak tentara tinggal di setiap rumah di kampung kami, kata orang tua mereka dari Bandung, RPKAD bilangnya begitu itu yang saya dengar bilangnya pada waktu itu PKI akan menyerbu ke kampung kami  maka dari itu sebelum PKI datang tentara segera menempati setiap rumah. Tak luput juga rumah kita ditempati beberapa tentara dan karena kami besar dan banyak kamar maka banyak tentara yang tinggal di rumah kami, mereka makan dari ransuman yang dibawah via truk jika makanan masih banyak warga boleh mengambil .

Dan untuk menghibur mereka sering diadakan musik , itu hiburan bagi mereka dan bagi warga sekitarnya. Aku dekat dengan mereka yang tinggal di rumah kami kata mereka bilang si centil karena saya lincah sehingga aku dekat dengan mereka ,kadang aku minta gendong dengan salah satu mereka karena mereka berbadan tinggi dimataku . Salah satu dari mereka pindah ke rumah didepan sebrang rumahku ,aku memanggilnya om Ipung, dia om yg paling baik tapi sayang Allah punya kehendak lain setelah dia pindah dari rumah kita, di rumah yang baru dia tempati pagi-pagi sewaktu dia membersihkan laras senapan panjang dia lupa kalau didalam senapan masih ada pelurunya dan tanpa disadari ketekan walhasil boooomm..... pelurupun lewat kepala menembus atap rumah, bisa dibayangkan atap plaponpun bolong , aku mendengar nangis. Ommm.. selamat jalan semoga arwahmu diterima disisi Allah swt dan ampuni segala dosa dan diterima segala amal ibadahnya. aamiin ... ammiin yra.

           Kampung kami aman termasuk dari pencuri, pernah ada pencuru mangambil jemuran pakaian dia menyamar sebagai penjual minyak tanah keliling, dengan kaleng yang dipanggul dibahunya dia menawarkan minyak tanah berkeliling tapi ternyata dia hanya pura-pura dan jemuran salah satu warga diambil dan oleh tentara ditangkap serta tanpa ampun sama tentara pada waktu itu tangannya dipotong, serremm..

          Akhirnya setelah kampung dirasa aman tidak ada penyerbuan PKI akhirnya tentara kembali ke Bandung dan rumah kamipun biasa ramai dengan mereka jadi sepi kembali seperti biasa lagi. Aku rindu dengan suara mereka tapi apa boleh buat perpisahan memang harus terjadi , tugas mereka sudah selesai di kampung kami dengan segala seribu kenangan untuk mereka dan untuk kami yang ditinggalkan.                 Selamat berkumpul lagi dengan keluarga yacchhh om.... kamipun putus hubungan.

 

 


 
 
posté le 11-08-2018 à 16:20:17

            Ibuku berpesan padaku " Tuti sekarang lagi musim culik banyak anak kecil diculik untuk tumbal"  . Pada waktu itu sedang pembuatan Jembatan Semanggi yang terkenal . Banyak orang dari kalangan orang dewasa dan anak-anak sepantarku tersebar gosif , banyak culik untuk tumbal jembatan. Makanya ibu berpesan " hati'hati jika ada orang yang tidak dikenal memberi sesuatu atau iming-iming sesuatu jangan mau " itu pesan ibuku dan selalu kuingat karena aku tidak ingin ibuku kuatir.

          Pernah pulang dari sekolah saya dan beberapa teman mencari jalan singkat lewat perumahan elit dan ada seorang lelaki yang tidak dikenal menyapa kita, kitapun langsung ambil langkah seribu , setelah tidak nampak lagi orang tersebut baru kita narik nafas lega... 

          Pagi-pagi seperti biasa aku dan beberapa teman berangkat sekolah dengan berjalan kaki, jika berangkat kita selalu mengambil jalan besar walau jauh sedikit tidak apa, pas dijalan ada seorang laki-laki memakai pakaian warna putih,celana  panjang dan sarung kotak-kotak diselempang di bahu serta memakai peci hitam, ketika aku berjalan disampingnya dan teman-temanku dibelakangku, orang itu menoleh kearahku " ecchh neng mau sawo ? " aku lihat tangannya di dalam sarung kotak-kotak dan aku curiga, dalam hatiku kalau memang didalam ada sawo kenapa dia tidak memperlihatkan sawo yang mau dibeerikan kepadaku..... , aku ingat pesan ibuku oohhhh jangan-jangan , aku menggeleng dan kupercepat langkahku untuk menjauhi orang itu.

         Sekolah zamanku tidak memakai seragam walau SD Negeri berpakaian bebas,pakai sepatu atau pakai sandal dan dapat susu,kue dari jagung atau sagon serta vitamin. Vitamin yang disedia kapsul minyak ikan. 

          Didalam ruangan disusun kursi dan meja, lalu dimeja disediakan secangkir susu,sepotong kue jagung atau sebungkus sagon dan dua butir kapsul minyak ikan. 

          Ini rutin dilakukan sehingga aku bosan karena selalu minum susu, kadang aku duduk yang dekat jendela sehingga memudahkan aku buang susu lewat jendela dan guruku taunya aku selalu habis , dia berkata bagus biar sehat dan pintar yaaa....       ( aduhhh jangan ditiru perbuatanku ini, ini tidak bagus) ,anak kecil yang tidak tahu kalau semua itu untuk kesehatan sendiri, mungkin semua anak akan sama jika menghadapi seperti aku.

          Pulang sekolah sepupuku mengajak kerumahnya, tidak jauh dari Sekolah hanya melewati Pasar Mampang Prapatan ,kita lewat kampung untuk ke Jalan Jendral Subroto, sepupuku Yuli anaknya pendiam dia duduk di bagian kelas satu yang masih kecil. Dibarisan Yuli ada anak perempuan yang paling nakal aku dan teman-temanku memanggilnya Ningsih orang tua, padahal nama yang sesungguhnya Ningsih.

          Yuli sering nangis dibuatnya dan aku sering membela sepupuku itu.

          Aku lanjutkan lagi, dalam perjalanan ke jln. Jalan Jendral Subroto ke rumah bulekku kenakalan anak kecil dilakukan oleh sepupuku yang pendiam ini, dipinggir jalan ada seorang kakek dengan keranjang buah ada sawo dan kecapi serta buah lainnya,dengan ciri khas kopiah hitam serta sarung diselempang dibahu si kakek menunggu dagangannya sambil mengantuk, sepupuku mengambil  satu buah kecapi dan sawo dr keranjang dan diberikannya kepadaku untuk" mba simpan dong" sambil menyerahkan,awalnya aku tidak mau " Jangan seperti itu Yul, kasihan kakek itu "

Dia memaksa agar aku menyimpannya,akhirnya aku simpan didalam tasku dengan berat hati terpaksa aku lakukan,aku tak tega melihat matanya yang memelas.

          Begitu jauh dan tidak terlihat lagi , " mana sawo dan kecapinya mba ? , aku ambil dari dalam tas sekolahku dan kuserahkan ke Yuli, sejujurnya aku tidak setuju dengan perbuatannya. Tapi kenalan ini membengkas dihatiku hingga kini. 

 

 

 


 
 
posté le 25-07-2018 à 09:48:56

            Aku punya nenek yang tinggal di Jogjakarta, beliau adalah ibu dari ibuku dan ibuku anak tunggal maka tak heran nenekku menyusul ibuku ke Jakarta karena dia ingin selalu dekat dengan ibuku sehingga kakek tiriku hidup sendiri di jogja, tapi sebetulnya dia tidak hidup sendiri karena di Bantul keluarganya banyak. kami cucu-cucunya memanggil dengan sebutan emak mengikuti ibu ketika memanggil ibunya.

          Emak selalu bercerita ketika kita akan tidur, cerita favorit kita Ande-Ande Lumut cerita legenda yg tak bosan-bosan kita mendengarkan walau sudah berkali-kali diceritakan, pernah emak bercerita tentang" Anak nakal dan rumah Lebah " karena ingin mengakhiri ceritanya makan ceritanya diulang bekali-kali dengan harapan kita tidak minta cerita lainnya lagi, walhasil kita protes dengan sabarnya emak cuman tertawa mendengar protes kita dan akhirnya kitapun tertidur ditempat tidur yang sama dengan bahagianya.

           Emak punya adik bungsu,adik bungsu emak bertubuh gemuk dan putih ,kita memanggilnya mbah gendut, emak  berperawakan kecil mungil hidung tidak mancung bisa dikatakan pesek,kulit putih,rambut selalu dikonde dengan rambutnya sendiri tapi kalau pergi memakai konde tempelan serta selalu memakai kain dan kebaya. Emak sudah tiga kali nikah, suami pertama adalah bapak dari ibuku yang telah meninggal,kalau dilihat ibuku mewarisi kulit bapaknya yang sawo matang tapi ibuku berhidung mancung dan manis tak heran ibuku sebelum menikah banyak yang jatuh cinta dengan ibuku,mahasiswa dan jurnalis adalah saingan bapakku pada waktu itu.Tapi bapakku juga salah mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri terkenal di Jogyakarta yaitu UGM (Universitas Gajah Mada) jurusan Hukum.

          Emak pada waktu memanggil bapakku dengan sebutan Den Bagus karena bapak masih berdarah kraton alias Darah Biru. Ibu tidak tamat SD tapi walau tidak tamat SD otaknya pintar dan wawasannya luas serta bijaksana dan tidak otoliter itu yang aku kagumi dari ibuku. Akhirnya ibu dan bapak menikah dengan ala kadarnya tanpa dihadiri ibunya yang di Bengkulu. Itu yang kuketahui .

          Kita kembali kecerita emak, suami emak pertama (kakek) asal dari Sala Tiga kota kecil yang dingin dan subur . Setelah kakek meninggal emak nikah kembali dengan orang India Malabar yang mempunyai seorang anak perempuan, jadi dia saudara tiri ibuku.   Kakek tiri yang india pintar bisnis, dari dialah emak belajar berbisnis dan masak berbagai macam masakan karena kakek tiri buka usaha membuat Martabak Telor Malabar dan disetiap ada Pasar  Malam kakek dan emak selalu ada disana berjualan Martabak.

           Dari kakek tiri Malabar emak memperoleh anak tapi sayang anak emak meninggal setelah kakek meninggal dan saudara tiri ibuku entah dimana sampai sekarang.

          Suami ketiga emak.. orang Bantul dan masih bujang,kita memanggilnya pak Min.Pak Min sayang sekali sama aku, aku sering digendong dengan memakai selendang dan kadang dia membelikan makanan agar tidak terlihat dimasukkannya makanan di kain gendongan.

          Kembali kecerita mbah gendut, mbah gendut bekerja di Kota, bekerja sebagai pembantu kepercayaan seorang Tionghoa tak heran jika dia datang kerumah kita banyak oleh-oleh yang dibawa dari bossnya. Hari ini dia membawakan tas-tas terbuat dari anyaman plastik yang berwarna-warni,warna yang disukai anak-anak.

Wahhhh lumayan ini untuk mencari rambuatan. Kebetulan sekarang sedang musim buah kataku kepada adikku yang laki-laki.

          Pagi-pagi sekali diluar hawa masih dingin,segar dan masih gelap aku bersama adikku laki-laki menunggu hari agak terang sedikit untuk memudahkan mencari buah-buah yang jatuh. Akhirnya yang ditunggu datang dengan cekatan kita berdua memungut satu demi buah rambutan yang tergeletak ditanah serta memasukkannya kedalam tas-tas kecil yang dibawa dari rumah. Setelah penuh dan tidak ada lagi buah tersisa di tanah kita pulang dengan rasa bahagia dan nanti akan aku bilang ke teman-temanku orang yang pertama berburu buah adalah kita berdua. Bahagianya pemburuan buah hari ini awal dari teman-temanku.

 

 

 

 


 
 
 

Ajouter un commentaire

Pseudo : Réserve ton pseudo ici
Email :
Site :
Commentaire :

Smileys

 
 
 
Rappel article