Aku punya nenek yang tinggal di Jogjakarta, beliau adalah ibu dari ibuku dan ibuku anak tunggal maka tak heran nenekku menyusul ibuku ke Jakarta karena dia ingin selalu dekat dengan ibuku sehingga kakek tiriku hidup sendiri di jogja, tapi sebetulnya dia tidak hidup sendiri karena di Bantul keluarganya banyak. kami cucu-cucunya memanggil dengan sebutan emak mengikuti ibu ketika memanggil ibunya.
Emak selalu bercerita ketika kita akan tidur, cerita favorit kita Ande-Ande Lumut cerita legenda yg tak bosan-bosan kita mendengarkan walau sudah berkali-kali diceritakan, pernah emak bercerita tentang" Anak nakal dan rumah Lebah " karena ingin mengakhiri ceritanya makan ceritanya diulang bekali-kali dengan harapan kita tidak minta cerita lainnya lagi, walhasil kita protes dengan sabarnya emak cuman tertawa mendengar protes kita dan akhirnya kitapun tertidur ditempat tidur yang sama dengan bahagianya.
Emak punya adik bungsu,adik bungsu emak bertubuh gemuk dan putih ,kita memanggilnya mbah gendut, emak berperawakan kecil mungil hidung tidak mancung bisa dikatakan pesek,kulit putih,rambut selalu dikonde dengan rambutnya sendiri tapi kalau pergi memakai konde tempelan serta selalu memakai kain dan kebaya. Emak sudah tiga kali nikah, suami pertama adalah bapak dari ibuku yang telah meninggal,kalau dilihat ibuku mewarisi kulit bapaknya yang sawo matang tapi ibuku berhidung mancung dan manis tak heran ibuku sebelum menikah banyak yang jatuh cinta dengan ibuku,mahasiswa dan jurnalis adalah saingan bapakku pada waktu itu.Tapi bapakku juga salah mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri terkenal di Jogyakarta yaitu UGM (Universitas Gajah Mada) jurusan Hukum.
Emak pada waktu memanggil bapakku dengan sebutan Den Bagus karena bapak masih berdarah kraton alias Darah Biru. Ibu tidak tamat SD tapi walau tidak tamat SD otaknya pintar dan wawasannya luas serta bijaksana dan tidak otoliter itu yang aku kagumi dari ibuku. Akhirnya ibu dan bapak menikah dengan ala kadarnya tanpa dihadiri ibunya yang di Bengkulu. Itu yang kuketahui .
Kita kembali kecerita emak, suami emak pertama (kakek) asal dari Sala Tiga kota kecil yang dingin dan subur . Setelah kakek meninggal emak nikah kembali dengan orang India Malabar yang mempunyai seorang anak perempuan, jadi dia saudara tiri ibuku. Kakek tiri yang india pintar bisnis, dari dialah emak belajar berbisnis dan masak berbagai macam masakan karena kakek tiri buka usaha membuat Martabak Telor Malabar dan disetiap ada Pasar Malam kakek dan emak selalu ada disana berjualan Martabak.
Dari kakek tiri Malabar emak memperoleh anak tapi sayang anak emak meninggal setelah kakek meninggal dan saudara tiri ibuku entah dimana sampai sekarang.
Suami ketiga emak.. orang Bantul dan masih bujang,kita memanggilnya pak Min.Pak Min sayang sekali sama aku, aku sering digendong dengan memakai selendang dan kadang dia membelikan makanan agar tidak terlihat dimasukkannya makanan di kain gendongan.
Kembali kecerita mbah gendut, mbah gendut bekerja di Kota, bekerja sebagai pembantu kepercayaan seorang Tionghoa tak heran jika dia datang kerumah kita banyak oleh-oleh yang dibawa dari bossnya. Hari ini dia membawakan tas-tas terbuat dari anyaman plastik yang berwarna-warni,warna yang disukai anak-anak.
Wahhhh lumayan ini untuk mencari rambuatan. Kebetulan sekarang sedang musim buah kataku kepada adikku yang laki-laki.
Pagi-pagi sekali diluar hawa masih dingin,segar dan masih gelap aku bersama adikku laki-laki menunggu hari agak terang sedikit untuk memudahkan mencari buah-buah yang jatuh. Akhirnya yang ditunggu datang dengan cekatan kita berdua memungut satu demi buah rambutan yang tergeletak ditanah serta memasukkannya kedalam tas-tas kecil yang dibawa dari rumah. Setelah penuh dan tidak ada lagi buah tersisa di tanah kita pulang dengan rasa bahagia dan nanti akan aku bilang ke teman-temanku orang yang pertama berburu buah adalah kita berdua. Bahagianya pemburuan buah hari ini awal dari teman-temanku.