Ada kejadian lucu di rumah dengan penerapan disiplin tidak boleh nonton TV dimulai dari jam 19.00 awal mulanya berjalan lancar kita patuh dengan paraturan yang dibuat om,Yanto sekarang kuliah di UGM Fakultas Kodektoran, asal mulanya kita semua mengikuti peraturan itu tapi lama-lama kita bosan dan ngantuk karena tidak ada hiburan. Yanto di kamar sendiri sedang Ndaru sekamar dengan masku sedang aku dan Warti sekamar berdua.
Kali ini tidak seperti biasanya aku dan Warti belajar di meja makan karena bosan belajar di kamar rasanya ngantuk , di meja makan di depannya ada TV , Kiranya dik Ndaru dan masku juga bosan di kamarnya mereka gelar tikar di depan TV sambil belajar sementara TV dimatikan, sebelah kiri rungan adalah kamar om sementara kamar Yanto disebelah . Om dan bulek jam 19.00 mereka masuk ke dalam kamar sekitar jam 20.00 terdengarlah suara " groooggg ... grogggg... groggggg " ooohhh itu pertanda om sudah tidur, karena om kalau tidur ngorok, tanpa ragu lagi dik Ndaru menghidupkan TV sehingga kita berempat nonton TV sambil belajar. Awal mulanya berjalan lancar tapi kali ini berbeda, sedang asiknya kita nonton tiba-tiba terdengar pintu kamar om dibuka ' krak .. " dik Ndaru dengan sigap mematikan TV tak lama kemudian keluar dari kamar om dan bulek mau ke Toilet dan kamar mandi , karena kamar mandi,Toilet dan Dapur di luar sehingga harus lewat ruang makan sementara itu kita berempat belajar lagi. Setelah om dan bulek kembali lagi ke kamarnya dik Ndaru menghidupkan lagi TV, aku dan Warti nahan ketawa melihat tingkah dik Ndaru karena sewaktu om dan bulek keluar dari kamar dik Ndaru pura-pura belajar.
Kiranya om lama-lama tahu juga kalau dik Ndaru sering melanggar peraturan, kalau aku,masku dan Warti hanya pengikut tidak berani menghidupkan TV, akhirnya om mencabut peraturannya dan berjalan seperti biasa. Merdeka ... !
Aku ingat lagi sa'at om dan bulek akan pergi ke Jakarta dalam beberapa hari, sebelum berangkat kita dikumpulkan di meja makan, mirip rapat pleno he he he
om mulai berbicara sebagai kepala rumah tangga " Ndaru,yanto,Nano,Tuti dan Warti, saya dan ibumu akan ke jakarta, jadi untuk Ndaru,Yanto,Nano kalian kasih makan ayam dan Tuti ,Warti masak serta beres-beres rumah dll sampai disini ada yang mau bertanya ? " dalam hatiku " Kok mirip film LITTLE HOUSE ON THE PRAIRE " film kesenenganku di TVRI . Yacchhhh begitulah kenanganku pada om yang penuh disiplin , keras serta maaf rewel dalam hal makan , oohh yacchhh om punya gelas khusus untuk om yaitu gelas besar untuk tehnya.
Begitulah kehidupan di rumah om dan bulek yang serba disiplin, banyak peraturan dan aku tidak punya pilihan selain harus menjalaninya.
Aku dan masku dapat uang saku tiap bulannya,untuk beli buku dan kebutuhan lainnya lumayanlah walau tidak banyak tapi lumayanlah untuk beli yang aku inginkan . Sudah tentu tentu aku harus super hati-hati , biasanya aku suka banget berdua dengan Warti makan baso Sandemo di jalan Petinggen , untuk itu aku harus menunggu kiriman uang tiap bulannya.
Kalau pas malam belajar dan kita lapar biasanya masku,dik Ndaru atau Yanto cari gorengan di Kranggan bukanya tiap malam murah meriah.
Di Kampusku diadakan Study Tour ke Cirebon untuk mengenal Pelabuhan selama beberapa hari, waktu yang ditentukan tiba dan kita berkumpul di stasiun . Seluruh Taruna dan Taruni tingkat satu dan dua berkumpul, kalau tingkat tiga tidak ada sebab biasanya begitu tingkat tiga mereka langsung KKN selama 6 bulan susuai Pelabuhan yang dituju dan begitu pulang mereka langsung membuat skripsi sehingga tidak aktif lagi di Kampus kecuali bertemu dengan Dosen Pembimbing serta setelah di ACC atau disetujui baru ujian Skripsi; tapi kakak tingkat banyak yang bilang yang KKN tidak kembali lagi ke Kampus karena mereka melih bekerja di Pelabuhan dimana mereka KKN, mungkin mereka berpikir kapan-kapan saja nyusun skripsi lebih baik bekerja jika ada kesempatan untuk bekerja, apa lagi banyak gosip bahwa Akademi kita akan diambil alih oleh Pendidikan dan Kebudayaan jadi tidak dibawah naungan Departemen Perhubungan Laut lagi. itu yang kudengar dari kakak tingkat dan para Dosen. Nasib kalau Kuliah ditempat yang tidak bonafit
Setelah sampai di rumah; aku ceritakan semuanya sama bulek, " Itukan mas Ari yang seminggu lalu kesini " aku terus terang tidak tahu kalau pemuda yang misterius yang suka ngintip dibalik pintu adalah pemuda yang sama , yang datang kerumah bulek Ntah dari mana awalnya pokoknya bulek dan Warti sering membicarakan mas Ari, kalau dia semester akhir di Fakultas Pertanian di UGM dan sedang nyusun Skripsi .
Bulek dan mbah Noto heran karena tidak biasanya mas Ari mau datang ke rumah bulek, akhirnya mereka berpendapat pastinya dia punya rasa, aku tidak peduli dengan ceritanya karena sering digosok-gosok akhirnya aku peduli juga.
Ini pelajaran untukku jangan suka membenci seorang pria nanti akan berubah dari benci jadi cinta. Kapok dechhhh... enggak mau benci lagi he he he he
Sejak itu aku sering berkunjung ke rumah mbah Noto, malah pernah mbah Noto ngajak aku dan cucunya yang masih kecil untuk menemani ke pasar Bringharjo naik becak. Mbah Noto baik sama diriku.
Kadang mbah Noto ke rumah bulek untuk tusuk jari dan dari situ aku tahu kalau mbah Noto sangat senang jika aku bisa menikah dengan cucunya, katanya yang disampaikan ke bulek " Malahane dadi nyambung sedulur seng wes putus" ( malahannya bisa menyambung saudara yang terputus) , sampai begitukah mbah Noto menginginkan aku menikah dengan cucunya sedang aku dengannya baru dua kali ngobrol ditemanin mbah. Apa mungkin keinginan mereka terlaksana.
Beginilah kalau belum ada apa-apa orang tua sudah nimbrung, karena sering digosok-gosok akhirnya aku suka juga. Tapi apa mungkin jadi sedang kita saja belum pernah pergi berdua atau ngobrol layaknya sepasang sejoli.
Awalnya dik Ndaru hanya untuk keluarga sekarang tambah lagi untuk umum, walhasil aku tambah pekerjaan beres-beres sebelum buka karena yang menunggu giliran duduk di tikar,sementara bulek bagian pendaftaran. Pagi-pagi sekali sudah banyak orang mengantri dan bukanya sabtu dan minggu, kalau hari biasa untuk saudara belum lagi sibuk dengan peternakan ayamnya, bagaimana aku bisa belajar hanya untuk beberapa jam karena begitu malam aku sudah capek. Kadang aku ingin menangis ......belum lagi om rewel dalam hal masakan, " Tuti ... nanti kalau masak tolong tambah ini, tambah itu ... " biasanya om kalau bilang ketika kita makan bersama, jadi aku selera makannya berkurang, aku hanya bisa bilang " Baik om " Karena disiplinnya pernah om buat peraturan " Ndaru,Nano,Yanto,Tuti dan Warti; jam 7 malam TV jangan di hidupkan, boleh nonton TV dibawah jam 7 " kita hanya bisa bilang iyaaa... bisa dibayangkan boring tanpa hiburan, apa lagi aku yang banyak pekerjaan dan kalau pulang cepat dari kuliah aku harus mematuhi peraturan tanpa ada hiburan, kadang aku iri sama tetangga sebelah yang orang Bandung, mereka kudengar tertawa lepas dengan orang tuanya dan sering becanda dan beda dengan di keluarga omku... Tetangga sebelah kanan rumah bulek orang Bandung dengan dua putri dan satu putra yang menginjak remaja dan cantik-cantik, kadang aku tertawa sendiri melihat tinggkah mereka, mereka orang kaya rumahnya selain di Jogyakarta ada juga di Temanggung, kadang mereka bingung mau tidur di Jogjayakarta atau di Temanggung, hal ini aku tahu ketika berbicara tanpa sengaja aku mendengarnya, orang kaya sampai bingung untuk tidur.
Sementara itu orang tuaku masih mengontrak, itu juga yang bayar uang kontrakan per bulan yang bayar emak, tapi semua itu kita patut syukuri karna kahidupan kita lebih baik dari pada waktu tinggal di Jakarta, akupun tidak menyangka bisa kuliah walau jurusannya tidak sesuai dengan keinginanku.
Gosip tentang akupun merembah seisi rumah , sampai masku bilang " Aku tak rela jika aku dilangkah, kalau aku dilangkah sebagai pelangkahnya aku minta Motor "
mendengar itu aku tidak menjawab, sebab ini hanya dugaan mereka saja tentang perjodohan itu, sedang aku tidak tahu tentang mas Ari apa dia sudah punya pacar atau belum, tapi mbahnya menginginkan aku menjadi cucu mantunya.
Di kampus aku dekat sama kak Roland dan kakak-2 tingkat lainnya satu rombongan kalau kita pulang Renang , karena kak Roland perhatian padaku sedang aku menganggapnya sebagai kakak tidak lebih, hal ini membuat cemburu temanku Catur, kiranya dia cinta pada kak Roland. Pernah kak Roland ngajak photo berdua denganku , Catur dengan nada agak marah " Kak Roland bukan milik Tuti ! dia milik semua orang " aku kaget kok tiba-tiba saja Catur bilang seperti itu padaku, kiranya kak Roland tahu kalau Catur cinta padanya, sejak itu aku menjauh dari rombongan kak Roland dan tidak mau dekat lagi sama kak Roland, karena aku tidak ingin membuat catur cemburu yang menimbukan masalah padaku, aku tidak sempat lagi memikirkan masalah yang tidak perlu, aku ke Jogyakarta untuk menuntut ilmu, bukan untuk cinta-cintaan. Sejak itu aku menjauh dari mereka sehingga aku pulang dan pergi ke Kampus sendiri .
Malah aku pernah pergi Renang naik sepeda tanpa rem, ketika berangkat begitu di jalan arah UGM sepedaku menabrak motor yang melintang di jalan , pada waktu itu pagi, ramai dengan orang yang berangkat kuliah ke UGM dan UII , Kolam Renang dekat UGM disebelah Lapangan Tenis , nama Kolam Renangnya Colombo. Untung aku tidak apa-apa sebab dibelakangku mobil angkot. Banyak orang yang didalam angkot teriak karena kagetnya dan rem mendadak dari si supir angkot.
Sejak itu aku tidak berani lagi naik sepeda di jalan ramai tanpa Rem dan aku setiap berangkat renang selalu naik angkot sampai simpang Jetis,selebihnya jalan kaki ke rumah Blunya Gede.
Blunyah Gede banyak saudara dari bapak, ketika aku berangkat berdua dengan Warti aku lewat sebuah rumah dan aku tidak tahu kalau itu masih saudara dan setiap aku lewat selalu diganggu sama pemilik rumah dengan berteriak bilang ke adiknya " Gus.... ! mbayumu lewat ! " pertama aku diam saja tidak tahu tapi lama-lama karena sering bilang seperti itu aku heran juga,entah dia tahu apa tidak kalau kita masih bersaudara walau saudara jauh, aku tahu sebab setiap diganggu Warti bilang ke bulek dan bulek menerangkan kalau masih bersaudara. Sebelah rumah bulek juga masih saudara, aku memanggilnya mbah Bardi, mbah Bardi termasuk kaya dan beliau baik padaku,jika ketemu salalu bertanya " Mau kemana putuku ? aku sangat hormat sama mbah Bardi beliau memaklumi karakterku yang dibesarkan diperantauan yang ora ndui ungah ungguh kata mbah Musri, maka tak heran kadang aku males ke rumah mbah Musri karena selalu membandingkan antara aku dan Warti, kadang aku tidak perduli. Sebab aku kadang kesana disuruh bulek ngantar sesuati atau menemui mas jas untuk pinjam novel.
Aku dan Warti kalau berangkat selalu lewat Petinggen, ketika aku lewat selalu ada seorang pemuda berbadan tidak tinggi ,tidak pendek,berkulit sawo matang serta berkumis tipis, ketika aku berangkat dia selalu duduk didepan rumah, itu yang dia lakukan setiap hari aku lewat. Hari ini aku pulang cepat karena ada Dosen yang tidak mengajar maka dari itu aku pulang cepat dan aku lewat di depan rumahnya lagi dikarenakan karena masih sore.
Aku melihat pemuda itu berdiri didekat pagar lalu aku berkata " Nuwon sewu mas (permisi mas) " itu kebiasaan orang Jogyakarta jika lewat ada orang " Monggo .." jawabnya sambil tersenyum kearahku. Setelah kejadian itu aku lupa karena aku ini tidak tertarik yang namanya pria bagiku aku harus selesai kuliah dan bisa mendapat pekerjaan, keinginanku meringankan beban orang tuaku.
Aku tahu persis setiap mau bayar sekolah orang tuaku selalu bingung cari uang walhasil pinjam dari tempat kerja bapak di Koprasi karyawan atau pinjam kredit Bank tempat kerja bapak istilahnya gali lubang tutup lubang karena anak lima orang yang empat semua membutuhkan biaya Sekolah dan kuliah.Untuk kehidupan sehari-hari dapat dari warung emak.
Aku lanjutkan lagi cerita tentang pria itu, awal mulanya aku tidak perhatian, tapi kiranya Warti curiga karena setiap lewat depan rumah Petinggen pintu selalu terbuka , pernah aku balik lagi karena ada yang ketinggalan dan pintu ditutup kembali , kira jadi perhatian untuk warti ada seseorang yang mengintip dari balik pintu, itu kata Warti.
Kali ini dengan keisengannya Warti ketika aku berdua lewat " ojo nginjen..( jangan ngintip) kata warti " Husss jangan begitu War " aku memperingati keisengan Warti.
" Habis mbak kok senenge ngintep, kalau suka samperin " kata Warti. aku tersenyum melihat omongan Warti dengan mimik lucu. aku tidak peduli semua itu.
Kali ini sore hari aku sedang menyapu halaman dan menyiram tanaman dihalaman depan rumah, kebetulan aku sedang libur kuliah , tiba-tiba terdengar suara motor didepan pagar rumah, aku pikir mahasiswanya om yang mengajukan skripsi jadi aku tidak peduli, pemuda itu langsung menuju ke bel pintu tanpa bertanya kepada yang ada dihalaman " hmmmmm .. aku dianggap apa, nanya kek "
dalam hatiku sambil menggrutu, aku lanjutkan pekerjaanku, dia tetap saja membunyikan belnya kesel juga aku melihatnya " syukurrin.. lagian ngapa enggak nanya" dalam hatiku , lebih baik aku masuk kedalam bilang ke bulek kalau ada seseorang bertamu, aku melangkahkan kaki lewat pintu samping sambil membawa sapu lidi, " bulek ada tamu " kataku " siapa ? tanya bulek, " aku tidak tahu "
Lalu bulek kedepan ruang tamu membukakan pintu , aku mendengar obrolan mereka. aku tidak akan keluar sampai tamu tesebut pulang, aku masih jengkel .
Ternyata tamunya tidak lama hanya beberapa menit setelah itu pamit aku bebas tidak membikinkan teh. Aku dengar deru suara motor menjauh dan aku keluar lagi melanjutkan pekerjaanku dihalaman. Sejak kejadian itu aku tidak mengingat lagi dan tidak ingat juga rupa orang itu. Seperti biasa aku lewat Petinggen karena hanya jalan pintas yang cepat lewat Petinggen, hingga pada sore itu aku lawat pulang dari kuliah lewat di Petinggen karena pulang cepat dan begitu aku lewat pemuda itu menegurku " Pulang mbak .... " sapanya padaku , aku menoleh dan mengangguk serta tersenyum menjawab sapanya.
" Mampir dulu mba, mbak anaknya pak Narko bukan ? " kakiku berhenti melangkah terkejut " kok dia tahu nama bapak ... " " Mampir dulu " kata seorang ibu rambutnya telah beruban dan memakai kebaya,wajahnya menyiratkan wajah sejuk serta berkulit kuning langsat, aku menghampiri mereka dan akhirnya kita ngobrol ringan di kursi panjang terbuat dari bambu, aku duduk disebelah ibu yang ternyata nenek dari pemuda itu, " kamu manggil aku mbah Noto, kita masih saudara " kita ngobrol enggak lama , di akhir pembicaraan mbah Noto meminta agar aku sering-sering main kerumahnya.
Hari Sabtu dan minggu seperti biasa bulek Ros ke Blunyah Gede, kali ini bulek membawa lulur katanya walau taruni kewanitaan tetap di jaga dan aku mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Aku sangat bahagia jauh dari orang tua ternyata ada yang memperhatikan. Hari-hari berjalan seperti biasa masak sebelum berangkat kerja,membantu memberi makan ayam atau mengambil telur sehingga aku susah untuk belajar. Waktuku lebih banyak untuk kegiatan rumah, pulang kuliah malam dan sudah capek serta masih mengerjakan pekerjaan lainnya.
Aku mendengar dari pembicaraan om dan bulek, kalau om ingin memperbesar usaha ternaknya dengan menambah beberapa kandang , sebelum perombakan rumah bagian belakang dengan menambah kamar untukku dan rencana akan membawa orang dari Gunung Kidul untuk membantu pekerjaan di rumah dll.
Sekarang aku punya teman sekamar dan punya kamar baru, kamar kita dekat ruang makan serta disebelah kamar kita kandang ayam yang baru, teman sekamarku itu seorang gadis katanya dari Gunung Kidul sekampung dengan om. Umurnya dibawah umurku sekitar tiga tahun, berambut panjang,kulit putih,tinggi hampir sepantar dengan diriku,seperti gadis jogyakarta lainnya tutur katanya halus dengan bahasa jawa yang halus juga beda denganku walau aku kelahiran Jogjayakarta tapi aku tidak halus lagi, karena aku dibesarkan di perantauan. Tak heran mbah Musri selalu membandingkan aku dengan Warti, kata mbah Musri " Tuti iku ora ndui ungah ungguh " artinya Tuti itu tidak punya sopan santun, itu yang aku dengar , yaacchhh inilah aku , aku adalah aku... aku maklum mbah Musri bilang seperti itu karena sebagai orang tua , beliau pasti kaget melihat tindak tandukku beda dengan orang jawa.
Mbah Musri adalah ibu asuh bulek, sejak kecil bulek diasuh dengan mbah Musri, karena mbah Ida merantau maka anak-anak mbah Ida ditinggal.
Yang aku tahu bapakku tinggal sama buyut, mbah Haji Ilyas,hanya itu yang aku tahu. Ohhhhh yachhhh .. mbah Musri punya anak laki-laki namanya mas Jasman, aku memanggilnya mas Jas. Aku kalau kerumah mbah Musri selalu minjam buku novel sama mas Jas, buku koleksi mas Jas lumayan banyak, malah aku dikasih buku novel karangan Anne Hansham , aku suka Pengarang luar seperti Anne Hansham,Violet Winsphere,Barbara Cartland, Anne Marther dll. Sejak itu aku jadi suka mengoleksi Novel . Koleksiku ada di rumah orang tua tapi sekarang aku tidak tahu lagi yang aku dengar sebagian sudah hilang ntah kemana.
Aku lanjutkan lagi ceritaku, Warti disekolahkan sama om di KKPA Sekolah untuk pegawai yang ingin mendapat izasah SLTA jadi sekolahnya dari siang sampai malam seperti diriku, sehingga aku sering berangkat bareng ,kita selalu mencari jalan singkat di Petinggen, tapi kalau malam hari aku tidak berani lewat sana dan aku lewat jalan normal yaitu jalan besar, cukup jauh tapi enggak apa yang penting aman.
Aku baru tahu ternyata dik Ndaru pinter pengobatan tusuk jari dan dik Ndaru pinter ilmu bela diri juga, bulek Ros adalah pasien tetapnya .
Seperti biasa bulek Ros kalau datang selalu menyapa aku dan aku sering mencari ubannya bulek Ros, kami akrab dan pernah aku diajak sama bulek Ros ikut Tour ATK ke Pantai Gombong Kebumen dan Batu Raden, di Batu Raden aku suka sekali dengan hawanya yang dingin, kita masuk kedalam Gua dan didalamnya ada beberapa patung , didalam Gua mengalir sungai kecil yang airnya jernih serta didalamnya sebagai penerangan diletakkan neon yang dihubungkan dengan tenaga listrik. Aku melihat banyak orang cuci muka disungai kecil yang jernih itu , " Tik cuci muka sana, menurut cerita cuci muka disana untuk awet muda " kata bulek, pikirku itu mitos, tanpa diperintah kedua kali kakiku melangkah ke sungai dan aku mengikuti seperti orang kebanyakan yang ada disitu cuci muka, dengan bantuan kedua telapak tanganku kuambil air bening lalu kubasuh ke mukaku " hmmmmmm...
segarrr " Air segar dan bening dari Pegunungan.
Terus terang karena aku banyak pekerjaan dan pulang kuliah malam, waktu untuk belajar jadi tersita kadang aku menagis aku tidak punya banyak waktu untuk belajar, belum lagi kalau aku bangun kesiangan aku tidak enak sama bulek, kalau masku kelihatannya menikmati karena laki-laki disini menurut pandanganku agak di istimewakan, inilah resiko tinggal dengan saudara tapi apa boleh buat semua harus aku jalani, untuk pindah ngekos tidak mungkin aku takut hubungan saudara akan rusak dan orang tuaku bukan orang kaya .
Seandainya aku bisa ngekost dan bisa belajar penuh, sudah salah masuk jurusan aku susah untuk belajar juga,tak heran aku dalam mata pelajaran tidak unggul.
Setiap hari Rabu aku belajar Renang dan Dosen pembimbingnya dari Angkatan Laut, jika pak Dosen belum datang kita para taruni dikolam renang hanya ngobrol, tak heran aku tidak bisa renang karena setiap renang aku tidak sungguh-sungguh belajar. Mukaku jadi rusak karena selalu renang disaat air kolam kotor sehingga berkulit hitam dan belang-belang putih, atas anjuran bulek Yun yang dapat resep dari seseorang aku membuat campuran daun pepaya,belerang , minyak tanah semua di c jadikan satu dan alhamdulillahhh kulit mukaku normal kembali.
Acara perpeloncoan yang terakhir adalah long mars ke Pantai Parang Tritis, aku seperti biasa membawa ransel berisi batu bata ditambah satu dan sekarang ditambah satu derigen kecil air jahe pakai gula jawa , untuk memudahkan minum dari ranselku aku salurkan slang kecil sehingga aku mudah meminumnya tinggal sedot saja. tapi teman-temanku mereka membawa air jahe memakai botol, sehingga agak susah kalau mau minum harus mengeluarkan dulu dari ransel.
Kita berangkat dari kampus sore hari jam 16.00 , kita berkelompok setiap kelompok terdiri 7 orang dan setiap orang selain membawa ransel juga membawa bendera sandi, ada yang sandi Delta Romeo, Delta alpaha dll. untuk aku aku lupa sandi apa .. harap dimaklumin yachh pembaca maklum aku udah tua, banyak lupanya he he he
Kelompokku mulai bergerak menuju ke Parang Tritis, dengan semangat kita mulai berjalan dan dengan bangganya kita berjalan layaknya prajurit , bendera warna-warni berbentuk kecil berkibar ditiup angin, sepanjang jalan banyak orang memandang kagum.
Aku yang paling kecil di barisan paling belakang, lumayan jalan kaki pegal tapi yang membuat terhibur kita berjalan di jalan beraspal dan kadang kiri kanan pemandangan sawah dengan padi yang hampir menguning dan sesekali panitia lewati dengan motornya sambil mengontrol kita siapa tau ada yang pingsan.
Akhirnya terdengar suara deburan ombak terdengar ditelingaku, sebentar lagi kita sampai, benar juga akhirnya kita sampai di pantai dimana disana sudah ada group lain yang lebih dahulu sampai, groupku sampai sekitar jam 24.00 walau capek banget tapi aku merasa senang karena dihadapanku terbentang laut dengan deburan ombak yang gemuruh dan bau air laut dihidungku hmmmmm....... segarrnya, keringat becampur dengan udara malam yang cukup segar. Setelah upacara penobatan kita sebagai taruna dan taruni dan kakak tingkat membentuk lingkaran saling bergande-ngan tangan erat agar tak terbawa ombak, akhirnya selesai sudah acara penobatan-nya. Kini badanku terasa segar setelah diguyur air laut walau lengket karena asin.
Kita bermalam di pantai dan kita berbaur dengan kakak tingkat dengan akrabnya, wajah-wajah bengis,bentakan-bentakan dan peritah-perintah otoliter sirna sudah bersama air laut Pantai Selatan.
Esok harinya kita pulang kembali ke jogyakarta dengan mengendarai sebuah truk. Selesai sudah perpeloncaan yang benar-benar menguras tenaga dan waktu . Kita mulai kuliah dan aku berada dikelasku bagian Administrasi Pelabuhan mayoritas laki-laki, perempuannya hanya 11 orang termasuk diriku.
Aku kuliah berangkat dari rumah sekitar jam 13.00 dan pulang dari kuliah jam 20.00 aku selalu jalan kaki , aku pergi tidak selalu dengan masku, dia selalu dijemput oleh temannya. Lumayan capek jalan kaki dengan memakai sepatu pantpel dengan hak setinggi 5 cm , karena terbiasa tidak capek tapi betisku jadi besar.
Aku punya teman bernama Catur dan kalau aku berangkat kuliah kadang aku bersamanya karena aku selalu lewat , dia tinggal berdua dengan adiknya di Perumahan tentara . Akhirnya aku punya teman untuk berangkat bareng dan pulang bareng. Tapi kadang aku juga sering pulang sendiri sebab Catur lebih sering pulang bareng dengan rombongan kak Roland, dari dirinyalah akhirnya aku akrab dengan kakak tingkat yang dulu selalu membantakku terutama kakak Roland.
Ternyata begitu aku mengenalnya dia orangnya tegas dan kalau bicara asal saja tanpa dipikir, kadang aku tertawa melihat tingkah mereka ketika berangkat sama-sama dan kadang pulang sama , kita pulang sama-sama jalan kaki karena kita satu arah tapi yang paling jauh barang tentu aku.
Commentaires