VEF Blog

Titre du blog : Otobiografi
Auteur : Tutisunaryati
Date de création : 07-06-2018
 
posté le 28-05-2019 à 11:58:56

PENGAGUM MISTERIUS

          Blunyah Gede banyak saudara dari bapak, ketika aku berangkat berdua dengan Warti aku lewat sebuah rumah dan aku tidak tahu kalau itu masih saudara dan setiap aku lewat selalu diganggu sama pemilik rumah dengan berteriak bilang ke adiknya " Gus.... ! mbayumu lewat ! "  pertama aku diam saja tidak tahu tapi lama-lama karena sering bilang seperti itu aku heran juga,entah dia tahu apa tidak kalau kita masih bersaudara walau saudara jauh, aku tahu sebab setiap diganggu Warti bilang ke bulek dan bulek menerangkan kalau masih bersaudara. Sebelah rumah bulek juga masih saudara, aku memanggilnya mbah Bardi, mbah Bardi termasuk kaya dan beliau baik padaku,jika ketemu salalu bertanya " Mau kemana putuku ? aku sangat hormat sama mbah Bardi beliau memaklumi karakterku yang dibesarkan diperantauan yang ora ndui ungah ungguh kata mbah Musri, maka tak heran kadang aku males ke rumah mbah Musri karena selalu membandingkan antara aku dan Warti, kadang aku tidak perduli. Sebab aku kadang kesana disuruh bulek ngantar sesuati atau menemui mas jas untuk pinjam novel.

          Aku dan Warti kalau berangkat selalu lewat Petinggen, ketika aku lewat selalu ada seorang pemuda berbadan tidak tinggi ,tidak pendek,berkulit sawo matang serta berkumis tipis, ketika aku berangkat dia selalu duduk didepan rumah, itu yang dia lakukan  setiap hari aku lewat. Hari ini aku pulang cepat karena ada Dosen yang tidak mengajar maka dari itu aku pulang cepat dan aku lewat di depan rumahnya lagi dikarenakan  karena masih sore.

Aku melihat pemuda itu berdiri didekat pagar lalu aku berkata " Nuwon sewu mas      (permisi mas) " itu kebiasaan orang Jogyakarta jika lewat ada orang  " Monggo .." jawabnya sambil  tersenyum kearahku. Setelah kejadian itu aku lupa karena aku ini tidak tertarik yang namanya pria bagiku aku  harus  selesai kuliah dan bisa mendapat pekerjaan, keinginanku meringankan beban orang tuaku.

           Aku tahu persis setiap mau bayar sekolah orang tuaku selalu bingung cari uang walhasil pinjam dari tempat kerja bapak di Koprasi karyawan atau pinjam kredit Bank tempat kerja bapak  istilahnya gali lubang tutup lubang karena anak lima orang yang empat semua membutuhkan biaya Sekolah dan kuliah.Untuk kehidupan sehari-hari dapat dari warung emak.

        Aku lanjutkan lagi cerita  tentang pria itu, awal mulanya aku tidak perhatian, tapi kiranya Warti curiga karena setiap lewat depan rumah Petinggen pintu selalu terbuka , pernah aku  balik lagi karena ada yang ketinggalan dan pintu ditutup kembali , kira jadi perhatian untuk warti ada seseorang yang mengintip dari balik pintu, itu kata Warti.

Kali ini dengan keisengannya Warti ketika aku berdua lewat " ojo nginjen..( jangan ngintip) kata warti " Husss jangan begitu War " aku memperingati keisengan Warti.

" Habis mbak kok senenge ngintep, kalau suka samperin " kata Warti. aku tersenyum melihat omongan Warti dengan mimik lucu. aku tidak peduli semua itu.

         Kali ini sore hari aku sedang menyapu halaman dan menyiram tanaman dihalaman depan rumah, kebetulan aku sedang libur kuliah , tiba-tiba terdengar suara motor didepan pagar rumah, aku pikir mahasiswanya om yang mengajukan skripsi jadi aku tidak peduli, pemuda itu langsung menuju ke bel pintu tanpa bertanya kepada yang ada dihalaman  " hmmmmm .. aku dianggap apa, nanya kek "

dalam hatiku sambil menggrutu, aku lanjutkan pekerjaanku, dia tetap saja membunyikan belnya kesel juga aku melihatnya " syukurrin.. lagian ngapa enggak nanya" dalam hatiku , lebih baik aku masuk kedalam bilang ke bulek kalau ada seseorang bertamu, aku melangkahkan kaki lewat pintu samping sambil membawa sapu lidi,  " bulek ada tamu " kataku " siapa ?  tanya bulek, " aku tidak tahu "

Lalu bulek kedepan ruang tamu membukakan pintu , aku mendengar obrolan mereka. aku tidak akan keluar sampai tamu tesebut pulang, aku masih jengkel .

          Ternyata tamunya tidak lama hanya beberapa menit setelah itu pamit aku bebas tidak membikinkan teh. Aku dengar deru suara motor menjauh dan aku keluar lagi melanjutkan pekerjaanku dihalaman. Sejak kejadian itu aku tidak mengingat lagi dan tidak ingat juga rupa orang itu. Seperti biasa aku lewat Petinggen karena hanya jalan pintas yang cepat lewat Petinggen, hingga pada sore itu aku lawat pulang dari kuliah lewat di Petinggen karena pulang cepat dan begitu aku lewat pemuda itu menegurku " Pulang mbak .... " sapanya padaku , aku menoleh dan mengangguk serta tersenyum menjawab sapanya.

" Mampir dulu mba, mbak anaknya pak Narko bukan ? " kakiku berhenti melangkah terkejut " kok dia tahu nama bapak ... " " Mampir dulu " kata seorang ibu rambutnya telah beruban dan memakai kebaya,wajahnya menyiratkan wajah sejuk serta berkulit kuning langsat, aku menghampiri mereka dan akhirnya kita ngobrol ringan di kursi panjang terbuat dari bambu, aku duduk disebelah ibu yang ternyata nenek dari pemuda itu, " kamu manggil aku mbah Noto, kita masih saudara "  kita ngobrol enggak lama , di akhir pembicaraan mbah Noto meminta agar aku sering-sering main kerumahnya.