Di rumah bu Bambang dihalamannya ada pohon Blimbing wuluh buahnya ba-nyak sekali, oohhhhh yacchhh...... walau beragama kristen aku dan mba Mar bebas melakukan ajaran agama kita , kita saling hormat menghormati sesama agama dan Bu Bamang setiap hari minggu rajin pergi ke Gereja.
Seperti biasa aku dengan cepat mengenal tetangga sekitarnya, kadang me -reka datang ngobrol di pintu karena pintunya menghadap dipinggir jalan gang kecil .
Aku mengenal keluarga pak Zaman, pak Zaman punya anak dua wanita dan dua laki-laki, yang pertama Parman, lalu mba Tari,Meti dan yang bungsu Wido.
Mba Tari berambut ikal dan lincah sedang Meti berpenampilan tomboy, mereka cepat kenal sehingga aku dekat dengan mereka begitu juga ibunya.
Ibunya kadang minjam uang padaku dan aku memakluminya selagi aku ada, aku akan meminjaminya , hubungan kita baik. Mba Tari akrab denganku dia sering curhat padaku mengenai cowok yang disukainya,cowoknya sudah punya anak sedang keluarga mba Tari tidak menyukai .
Akhirnya aku mendapat Izasah Lokal bulan Oktober th 1985, aku berhak me-makai gelar Bsc Lokal, ini terakhir sekali kita memakai gelar Bsc karena sesudahnya tidak memakai gelar hanya Diplomat3. Aku ikut Ujian Negara dan ini merupakan Ujian Negara pertama yang dilaku- dibawah Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Sayangnya aku hanya berhasil lulus dua mata pelajaran, aku akan ikut lagi nanti jika ada Ujian Negara. Jadi aku pikir ini sistim Kredit dimana ujian bisa nyicil berapa mata Pelajaran yang mau kita ikuti dan berapa yang lulus.
Selama di Jogyakarta aku juga ikut Kursus Mengetik dan Kursus Tata Buku Bon A1 untuk tambah-tambah persyaratan melamar pekerjaan nanti.
Ada kejadian, waktu itu terjadi malam hari ntah mengapa kok tumben..... aku tidak bisa tidur , seperti biasa kalau tidur aku selalu mematikan lampu sehingga mata terbiasa melihat sesuatu walau tanpa penerangan , aku lihat mba Mar sudah tertidur nyenyak diseberang sana.Aku berbaring di pembaringan sementara Radio kecilku ku-matikan biasanya aku senang sekali dengar sandiwara bahasa jawa di Radio Reco Buntung, tapi kali Sandiwara tidak ada jadi aku hanya berbaring tanpa bisa tidur dan aku mencium bau rokok dari luar, karena penasaran aku mengintip keluar dari sela-sela hordeng jendela kama, penerangan lampu halaman tetangga seberang aku me-lihat sosok seorang laki-laki sedang berusaha mengintip kedalam kamarku, aku kenal orang laki-laki itu ,dia pacar mba Mar karena mba Mar sering pergi dengannya . Laki-laki itu berusaha mengintip kedalam tapi tidak berhasil melihat yang diinginkan karena kamar gelap , sedang aku bisa lihat dia karena diluar agak terang jadi kita saling mengintip hhhmmmmm...... dia tidak tahu kalau aku ngintip juga he he he he Pagi harinya aku ceritakan kejadian malam tadipada mba Mar.
Sekarang aku ceritakan tentang Meti, Meti gampang bergaul seperti mba Tari dan dia super aktif serta banyak kenalan dia ikutan shooting film super kolosal karena pada waktu film super kolosal sadang larisnya seperti film Kamandanu, mak Lampir Saur Sepuh dan masih banyak lagi.
Meti sering jatuh dari kuda waktu shooting dan bagi dia itu biasa, dia memang tahan banting bagi dia jatuh dari kuda atau motor tidak masalah.
Ada saudara mba Tari yang rumahnya dekat rumah mba Tari kalau enggak salah dia seorang guru mungkin aku tidak tahu tepatnya dan aku tidak pernah bertanya kepada mba Tari takut dikira aku ada hati, dia berbadan tinggi ,kulit sawo matang dan agak manis kalau lewat sering aku perhatikan dia langsung dia salah tingkah. Lagian aku kurang kerjaan .... sempat-sempatnya memperhatikan orang.
Walaupun aku ngekost alhamdulillahhh...... aku bisa hemat dan aku orangnya tidak tega jika itu menyangkut masalah pendidikan sebab aku pernah merasakan ba-gaimana rasanya kesulitan bayar uang sekolah waktu SD maka dari itu jika seseorang meminjam uang untuk sekolah aku tidak bisa ngelak selagi aku mampu aku pinjamkan, untuk aku aku bisa berhemat.
Bu Zaman bingung untuk bayar ujian terakhir anaknya di STM , dia sudah ber-usaha mencari kesana kemari tapi tidak dapat dan katanya dengan terpaksa minjam padaku kebetulan aku ada sesuai yang dibutuhkan dan alhamdulillahhh.... akhirnya anaknya bisa ikut ujian , aku ikut senang bisa membantu orang dalam kesulitan. Memang kebahagian tersendiri bisa menolong orang yang sedang membutuhkan walaupun itu tidak seberapa, aku ceritakan ini bukan untuk menjadi riak tapi untuk gambaran generasi berikutnya agar kita sering membantu orang yang membutuhkan sesuai dengan batas kemampuan kita.
Ada yang ingin aku ceritakan tentang bu Bambang , dia memperlakukan mba Mar dalam hal makanan berbeda dengannya dan cucunya serta kalau duduk mba Mar harus di lantai sedang dia dikursi, aku berpikir zaman sekarang kok masih aja ada orang membedakan antara majikan dan pembantu kayak zaman feodal aja.
Pernah bu bambang ada keperluan pergi ke Jakarta dalam beberapa hari dan mba Mar bebas tidak merasa terikat, aku dan mba Mar diminta untuk menemani kedua cucunya dikamarnya selama dia pergi ketika malam hari, lumayan bisa nonton TV karena TV diletakkan di kamar . Pernah mba Mar mengeluh dan curhat kalau sebenarnya sudah tidak betah sehingga dia ingin mencari majikan yang lebih baik dan kiranya dia diam-diam sudah menemukan hanya tinggal bilang jika bu bambang pulang dari Jakarta.
Aku sekarang punya hobby baru yaitu Sahabat Pena sehingga aku semakin semangat mencari teman-teman di majalah Sahabat Pena yang aku beli setiap bulan di Kantor Post dengan harapan punya teman lebih lagi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sehingga hari-hariku banyak diisi kegiatan, aku juga punya hobby koleksi buku novel dan buku novelku aku sewakan, uang hasil dari penyewaan aku belikan novel sehingga bertambah banyak koleksi novelku.
Pada akhirnya aku menemukan kelompok Sahabat Pena " Dave Bros " setelah aku baca untuk persyaratan jadi anggotanya sangat mudah hanya mengirimkan pera-ngko serta mengirim photo yang terakhir full badan dan boleh photo berwarna, aku mengirim photo duduk dikursi dengan memangku seekor kucing kesayangan.
Setelah aku menjadi anggota Dave Bross aku mendapat teman dari luar negeri dan dalam negeri, dari luar negeri aku berteman dengan seorang wanita yang sudah punya cucu dia dari New Zealand, aku lupa umurnya berapa yang aku ingat namanya Mary Headly dari dia aku banyak belajar cara mengirim surat sahabat pena dengan benar sehingga si penerima surat atau teman kita tidak bosan membacanya alias su-rat kita menarik dan setiap aku mendapat surat darinya selalu diselipkan kertas kecil berisi alamat lalu aku mengisi alamatku dan mengirimkan kembali ke dia atau kuse- llipkan lagi kesurat temanku lainnya, jadi ini merupakan alamat berantai. Tapi pada awalnya karena aku tak tahu alamat berantai kukembalikan.
Aku juga menerima beberapa teman dalam negeri, dari Kalimantan,Jakarta dan Bandung tapi untuk teman dalam negeri biasanya tidak bertahan lama beda dengan teman dari luar negeri beratahan lama. Temanku dari New Zealand sering mengirim photo dan menceritakan tentang anaknya dan cucunya , kalau mengirim surat selalu dengan tulisan tangan sampai aku mengenal tulisannya.
Tanpa terasa berbulan bulan aku di Curup menunggu panggilan ujian Negera dan ujian Pandadaran untuk Skripsiku serta mendapat Izasah Lokal.
Tiba-tiba pak pos datang, surat.............; aku pikir surat dari teman sahabat penaku tapi kiranya panggilan dari Kampus jika ingin ikut Ujian Negara , maka kita harus mendaftar untuk menentukan bisa dilaksanakan Ujian Negara atau tidak, jika pendaftarnya sedikit maka batal dilaksanakan.
Aku dan masku bermaksud ikut Ujian Negara aku akan kost dan masku juga.
Aku tiba di Jogyakarta dan adikku menemukan tempat kost di Bangirejo tidak jauh sama kampus, aku tinggal di rumah bu Bambang.
Bu Bambang punya cucu dua, namanya Ani dan Agus , Ani sekitar umur 4 tahun dan Agus 6 tahun , mereka anak-anak yang cantik dan cakep karena menurut keterangan bu Bambang papa dari mereka keturunan Indo , tapi aku lupa Indonesia dengan negara mana, mama mereka anak bu Bambang. Papa dan mama mereka ka-win muda sehingga ego mereka masih tinggi .Kedua anak mereka korban perceraian kedua orang tuanya, mama mereka tinggal dan bekerja di pertamina Jakarta. Karena kurang perhatian orang tua hanya hidup dengan neneknya yang sibuk kegiatan, maka kedua anak itu lebih banyak dengan mba Mar.
Mba Mar pembantunya bu bambang, kamarnya satu ruangan denganku bentuk kamarnya panjang dan terletak di jalan gang kecil , aku sewa kamar beserta tempat tidurnya dan kasurnya hanya lemari aku beli sendiri dan aku membeli lemari plastik kecil berbentuk kotak. Mengenai makan aku beli nasi bungkus di luaran hanya untuk minum aku dapat minum dari bu Bambang.
Aku kalau pagi suka membantu menyapu halaman karena aku tidak bisa diam, kadang bu bambang pergi dan mba Mar pulang ke kampung Ani dan Agus dititipkan ke aku. Agus termasuk anak yang nakal kalau Ani karena perempuan tidak nakal tapi karena terpengaruh dengan masnya Ani jadi ikutan nakal.
Pernah ketika aku sholat dan sujud Ani menaiki punggungku dan aku tidak ter-pengaruh tapi ketika aku berdiri akhirnya Ani jatuh dan nangis , hal ini membuat bu Bambang teriak " Agus ada apa dengan adikmu ! " ( bicara dalam bahasa jawa ) !untung ketika itu ada Agus yang menyaksikan kejadian itu, aku tetap melanjutkan sholatku tanpa menghiraukan apa yang terjadi , " Ani naiki mba Tuti sedang sholat bu " jawab agus. mereka memanggil mbah mereka dengan sebutan ibu karena sejak kecil memanggil begitu.
Peternakan ayam om semakin lama semakin banyak dan barang tentu ini menggangu tetangga kiri kanan karena baunya walaupun kandang sering dibersihkan, oleh sebab itu om berencana pindah ke Sleman mencari rumah yang halamannya luas sehingga tidak menggangu tetangga. Disamping itu om ingin memperluas usahanya setelah pensiun. Mendengar itu aku sangat senang ini kesempatan aku untuk kost sehingga aku bisa fokus untuk skripsi dan ujian.
Dari pada tidak ada yang dikerjakan lebih baik aku pulang ke Curup disamping itu Keluarga Blunyah juga akan pindah ke Sleman, jadi pikirku lebih hemat aku di rumah orang tuaku. Di Curup aku bisa mengumpulkan uang lagi.
Setelah Skripsiku di ACC oleh Dosen Pembimbing, maka aku tinggal mengetik saja , untuk itu lebih baik aku mengerjakannya di Curup akan lebih tenang. Lagian bulek juga akan pindah. Selama aku di Curup aku seperti biasa aku membantu emak jualan, mba Das dan anaknya pertama tinggal di rumah beserta suaminya juga.
Aku dan adikku Indah kalau malam tidur di ruang tamu di depan TV dengan menggelar kasur disana, biasanya bapak disekitar kita diletakkan kursi rotan dan meja sebagai penghalang. Pernah kejadian aneh terjadi disana , waktu tengah malam aku tertidur lelap aku terbangun dikarenakan Tindien ( Tindien adalah disaat tidur kita diganggu syetan antara setengah tidur dan kuping berdengung susah untuk bangun, kadang orang menamakannya Erep-Erep ), aku berusaha bangun tapi susah sekali aku membaca ayat Kursi, semakin kubaca ayat Kursi berulang-ulang semakin menjadi-jadi dan akhirnya aku bangun, tiba-tiba kursi didekatku bergerak seperti ada yang menggoyangkan dengan bersuara, aku berpikir ada apa gerangan ini, tidak ada mobil truk lewat dan tidak ada gempa kursi bergerak sendiri, aku mengucek mataku kalau aku salah lihat ternyata kursi tetap bergerak. Indah adikku bangun dan mengajak aku pindah ke kamar emak di belakang dengan mata masih mengantuk kita membawa bantal menuju kamar emak dan melanjutkan tidur.
Paginya Indah bilang kalau malam dia mendengar suara kursi bergerak, kiranya bukan aku saja yang dengar . Rumah yang kita tempati memang serrem , kadang aku mendengar suara orang berjalan memakai sepatu karena lantainya papan jadi suaranya jelas dan anehnya suara sepatu orang berjalan hanya sekitar kamar makan. Begitu juga di ruang jualan pernah aku melihat seorang wanita dengan memakai kebaya tempo dulu , berkonde dan bermuka bulat serta memandangku dengan mata hampa, waktu itu aku ingin menunjukkan kepada orang lain tapi tanganku berat diangkat tapi setelah menghilang tanganku bisa diangkat. Anehnya aku tidak merasa takut aku biasa aja waktu melihatnya.
Ada kejadian yang enggak pernah aku lupakan, aku kadang pergi kondangan mewakili ibuku dan kali ini aku ngajak Lia anak mba Das yang masih kcl,tentu saja anak kecil senang banget dengan berpakaian bagus dan bedak dia minta pakai lipstick juga. Setelah selesai mendadani Lia akhir kita berangkat selama dalam perjalanan aku perhatikan Lia bibirnya tidak mengatup mungkin dia takut hilang terhapus lipsticknya, dasarrrrr.... anak kecil he he he he setelah sampai ditempat kondangan dia tidak mau makan dengan alasan takut lipsticknya hilang, kalau tau gini lebih baik Lia tidak pakai Lipstick...... jadi ingat aku masih kecil hanya bedanya kalau aku tetap makan enggak peduli kalau masalah makan lanjut he he he
Aku bosan juga dengan kegiatan sehari-hari akhirnya aku isi dengan mencari teman di Majalah Sahabat Pena dan kutemukan teman sahabat pena dari Inggris, lumayan nichhh belajar dan melatih bhs. Inggrisku. Nama temanku yang pertama ini Mark Lavine di panggil Dave; Dia kerja di Bank London dan masih single katanya.
Aku mulai mengenal sahabat pena th 1985 , kiranya adikku Ririn juga tertarik ingin mencoba bersahabat pena tapi tidak bisa bhs. Inggris dan dia minta bantuan padaku untuk membuat surat dalam bhs. Inggris dia menemukan alamat di Majalah Sahabat Pena tapi dia tidak dibalas hanya aku yang dibalas.
Akhirnya aku berteman dengan Mark Lavine dan aku sering cerita tentang Indonesia pada teman baruku ini. Aku senang bisa mengenal dan punya teman dari luar negeri selain untuk memperlancar bahasa , aku bisa bercerita tentang negaraku kebudayaannya serta traditionalnya juga aku juga dapat mengenal negera lain.
Aku bahagia ketika aku dapat post card dari negara lain , keinginan tahuku tentang negara lain semakin kuat aku sering mengirim surat ke Kedutaan Negara lain minta Info dan sering dibalas dan aku sering dapat banyak info dari mereka, maklum pada waktu itu internet belum ada jadi untuk mengetahui tentang negara lain hanya dari buku,dan info brosur dari kedutaan negara yang bersangkutan.
Aku ke Salatiga menghadiri Acara Pernikahan mba Das, aku lupa pergi kesana dengan siapa apakah dengan kakakku dan adikku ? maaf ... aku lupa, tapi kalau gak salah aku sama masku, tapi okelah yang penting aku ingin menceritakan aku hadir di Acara Pernikahan mba Dasilah.
Seperti biasa aku kesana dengan Bis dan karena sudah sering ke Salatiga jadi aku hapal rutenya. Waktu sampai di Sala Tiga kulihat banyak orang membantu masak dan aku membantu sebisa aku bantu, acara Perkawinannya dilaksanakan dengan cara Jawa pada umumnya. Mba Das di hias di rumah tetangga , disana banyak orang me- lihat si tukang rias mendadani mempelai wanita dan kulihat mba Das bahagia sekali akhirnya menikah dengan pria pujaan hatinya, sedang yang penganten pria didandani di tetangga depan rumah mbah.
Aku sebagian sudah banyak kenal dengan mereka karena aku sering ke Salatiga, walau tidak kenal nama , mereka menyangka aku masih di SMA ketika mba Das menjelaskan kalau aku sedang menyusun Skrpsi mereka bilang " Enggak nyangka sudah hampir selesai, tak kiro iseh SMA tochhh " aku tersenyum mendengarnya.
Aku sejak kecil senang melihat orang merias penganten, kalau penganten jawa biasanya sebelum dirias dibagian dahi dikerok rambut-rambut kecilnya gunanya untuk memudahkan pengukiran didahi dan rapi hasilnya.
PAKAIAN PENGANTEN JAWA TENGAH
Hari itu diadakan Resepsi Pernikahan mba Das, cukup banyak yang datang , keluarga Curup tidak bisa datang, begitu juga keluarga mas Amrun tidak ada yang datang juga.
Aku tidak banyak menceritakan tentang tata cara perkawinannya dan acara resepsinya sebab hampir sama dengan tata cara di Jogyakarta seperti waktu mas Jas jadi Penganten, seperti suap-suapan, kaki mepelai pria dicucikan sama mempelai wanita dll. Aku perhatikan mbah Salatiga sangat bahagia sekali karena momen ini sudah lama ditunggu.
Malamnya karena kamar hanya ada dua yang satu untuk Kamar Penganten, maka dari itu banyak tidur diluar kamar di ruang tamu termasuk aku, kalau aku pikir mirip ikan pindang dalam besek berjejer oups ! he he he
Aku dengar disebelahku sudah tidur nyenyak dan sebelahku agak berisik sedikit ngorokkkk mungkin karena terlalu capek, aku melihat diremang-remang cahaya ada seseorang mendekati bilik penganten dengan posisi mencari-cari lubang atau apa , pikirku oohhhhh ternyata... mbah tochhhh untung tidak lama hanya beberapa menit dan mbah kembali lagi melanjukan tidurnya, aku pura-pura tidur, mbah ada-ada aja pikirku, sengaja aku pura-pura tidur agar mbah tidak malu kalau kepergok .
Setelah selesai dan melihat pembukaan kado serta amplop dan pekerjaan lainnya selesai, kita berpamitan untuk pulang ke jogjayakarta.
Aku kembali kerutinitas seperti biasa hanya bedanya aku sudah tidak setiap hari pergi ke Kampus, hanya sesekali menemui Dosen Pembimbing untuk menyusun Skripsi. Jadi aku lebih banyak dirumah berhubungan dengan pekerjaan rumah, dik Ndaru semakin banyak pasien dan Yanto di terima di UGM bagian Kedokteran serta masku kembali lagi ke Jogyakarta setelah selesai PKL di Palembang berdua sahabat karibnya Wahyu.
Aku mendapat khabar dari orang tuaku kalau mba Das akan menikah, tentu saja aku akan datang karena Salatiga tidak jauh dari Jogyakarta,mba Das akan menikah dengan pacarnya Amrun yang berasal dari Rejang Lebong Muara Aman dan dia kuliah di AKPRIND di Jogjayakarta.
Sekarang aku disibukkan kegiatan di rumah ,banyak tamu dari keluarga om ada yang datang dari Surabaya , karena sang tamu akan berangkat pagi aku dan Warti sampai tidur di dapur sangkeng capeknya dan tidak mau kesiangan.
Entah kenapa kali ini Edi dan Neni datang karena Neni ingin ketemu sama aku waaaahhhh................. ini aneh pikirku , biasanya dia cuek sama aku maklum masih terpengaruh masah SMP dulu hubungan kita kurang harmonis.
Saat Neni datang aku sempat terkejut karena dia lengket denganku kemana aku pergi dia selalu debalakangku mengikutiku sampai makanpun dia maunya sepiring berdua ini sungguh aneh berbalik seratus delapan puluh derajat , tapi aku maklum kata Edi dia sedang labil. Yang aku dengar sebenarnya dia tidak tertarik dengan Akademi yang dia masuki tapi mbah Ida menginginkan Neni disitu, aku lupa nama Akademinya sedang Neni ingin menjadi guru TK (Taman Kanak-Kanak). Neni sempat nginap di Blunyah dalam beberapa hari.
Setelah pulang dari kunjungannya ke Blunyah Gede aku tidak dengar berita- nya lagi,tapi tiba-tiba saja hari ini dia dan Memeh datang diantar sama Edi dan aku lihat masih dalam keadaan agak sehat walau belum pulih benar..
Malah Memeh sempat bicara padaku "Tut ... kamu waktu kemaren tidur sama Neni enggak takut di cekik ? " " Enggaklah " jawabku.
Setelah Neni, Memeh dan Edi datang aku tidak pernah mendengar khabarnya lagi dan aku tenggelam dalam perkerjaanku sehari-hari ,dimana sepertia biasa masak ,ngantar telur ke warung bu Parmadi di dekat jalan besar,ngambil telur dikandang ayam dll, sehingga aku tidak memikirkan lagi tentang Neni.
Ada kejadian lucu.... Yanto mengajariku naik motor, motor Yanto adalah jenis Vespa Bajaj katanya sichhh .......... .biarpun besar motornya kalau sudah jalan akan ringan , tapi apa bisa aku mengingat tidak seimbang antara motor dan badanku. Banyak orang bilang jika kita sudah bisa naik sepeda maka belajar motor akan mudah dan akhirnya aku memberanikan diri untuk belajar.
Kita belajar dijalan depan rumah kebetulan jalan tidak ramai karena memang jalan pintas menembus ke Stasiun TVRI Jogyakarta jadi tepatnya tempat tinggal kita tidak jauh dari sawah dan tempat pemakaman Blunyah Gede.
Aku belajar dengan instruktur Yanto dibelakangku dalam posisi bonceng , Yanto memberikan arahan yang ini.. itu.. aku iya saja akhirnya motor melaju tapi aku lupa dan tanganku masih kaku sehingga motor masuk parit dipinggir jalan gagal dachhh ....... kita jatuh bersama motor dan baju basah serta kotor, untung parit tidak dalam jadi aman, sejak itu aku tidak mau belajar lagi.
Commentaires