Aku sekarang punya hobby baru yaitu Sahabat Pena sehingga aku semakin semangat mencari teman-teman di majalah Sahabat Pena yang aku beli setiap bulan di Kantor Post dengan harapan punya teman lebih lagi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sehingga hari-hariku banyak diisi kegiatan, aku juga punya hobby koleksi buku novel dan buku novelku aku sewakan, uang hasil dari penyewaan aku belikan novel sehingga bertambah banyak koleksi novelku.
Pada akhirnya aku menemukan kelompok Sahabat Pena " Dave Bros " setelah aku baca untuk persyaratan jadi anggotanya sangat mudah hanya mengirimkan pera-ngko serta mengirim photo yang terakhir full badan dan boleh photo berwarna, aku mengirim photo duduk dikursi dengan memangku seekor kucing kesayangan.
Setelah aku menjadi anggota Dave Bross aku mendapat teman dari luar negeri dan dalam negeri, dari luar negeri aku berteman dengan seorang wanita yang sudah punya cucu dia dari New Zealand, aku lupa umurnya berapa yang aku ingat namanya Mary Headly dari dia aku banyak belajar cara mengirim surat sahabat pena dengan benar sehingga si penerima surat atau teman kita tidak bosan membacanya alias su-rat kita menarik dan setiap aku mendapat surat darinya selalu diselipkan kertas kecil berisi alamat lalu aku mengisi alamatku dan mengirimkan kembali ke dia atau kuse- llipkan lagi kesurat temanku lainnya, jadi ini merupakan alamat berantai. Tapi pada awalnya karena aku tak tahu alamat berantai kukembalikan.
Aku juga menerima beberapa teman dalam negeri, dari Kalimantan,Jakarta dan Bandung tapi untuk teman dalam negeri biasanya tidak bertahan lama beda dengan teman dari luar negeri beratahan lama. Temanku dari New Zealand sering mengirim photo dan menceritakan tentang anaknya dan cucunya , kalau mengirim surat selalu dengan tulisan tangan sampai aku mengenal tulisannya.
Tanpa terasa berbulan bulan aku di Curup menunggu panggilan ujian Negera dan ujian Pandadaran untuk Skripsiku serta mendapat Izasah Lokal.
Tiba-tiba pak pos datang, surat.............; aku pikir surat dari teman sahabat penaku tapi kiranya panggilan dari Kampus jika ingin ikut Ujian Negara , maka kita harus mendaftar untuk menentukan bisa dilaksanakan Ujian Negara atau tidak, jika pendaftarnya sedikit maka batal dilaksanakan.
Aku dan masku bermaksud ikut Ujian Negara aku akan kost dan masku juga.
Aku tiba di Jogyakarta dan adikku menemukan tempat kost di Bangirejo tidak jauh sama kampus, aku tinggal di rumah bu Bambang.
Bu Bambang punya cucu dua, namanya Ani dan Agus , Ani sekitar umur 4 tahun dan Agus 6 tahun , mereka anak-anak yang cantik dan cakep karena menurut keterangan bu Bambang papa dari mereka keturunan Indo , tapi aku lupa Indonesia dengan negara mana, mama mereka anak bu Bambang. Papa dan mama mereka ka-win muda sehingga ego mereka masih tinggi .Kedua anak mereka korban perceraian kedua orang tuanya, mama mereka tinggal dan bekerja di pertamina Jakarta. Karena kurang perhatian orang tua hanya hidup dengan neneknya yang sibuk kegiatan, maka kedua anak itu lebih banyak dengan mba Mar.
Mba Mar pembantunya bu bambang, kamarnya satu ruangan denganku bentuk kamarnya panjang dan terletak di jalan gang kecil , aku sewa kamar beserta tempat tidurnya dan kasurnya hanya lemari aku beli sendiri dan aku membeli lemari plastik kecil berbentuk kotak. Mengenai makan aku beli nasi bungkus di luaran hanya untuk minum aku dapat minum dari bu Bambang.
Aku kalau pagi suka membantu menyapu halaman karena aku tidak bisa diam, kadang bu bambang pergi dan mba Mar pulang ke kampung Ani dan Agus dititipkan ke aku. Agus termasuk anak yang nakal kalau Ani karena perempuan tidak nakal tapi karena terpengaruh dengan masnya Ani jadi ikutan nakal.
Pernah ketika aku sholat dan sujud Ani menaiki punggungku dan aku tidak ter-pengaruh tapi ketika aku berdiri akhirnya Ani jatuh dan nangis , hal ini membuat bu Bambang teriak " Agus ada apa dengan adikmu ! " ( bicara dalam bahasa jawa ) !untung ketika itu ada Agus yang menyaksikan kejadian itu, aku tetap melanjutkan sholatku tanpa menghiraukan apa yang terjadi , " Ani naiki mba Tuti sedang sholat bu " jawab agus. mereka memanggil mbah mereka dengan sebutan ibu karena sejak kecil memanggil begitu.