Aku mengambil cuti beberapa hari dan aku manfa'atkan untuk pergi ziarah ke KH Melangi, dengan diantar Meti adik mba Tari kita berdua naik motor kesana kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah Meti , Meti tinggal di Sleman.
Dalam beberapa menit saja kita sampai kesana, ternyata letaknya disekitar masjid dan banyak kuburan disana, aku mencari dimana letak kuburan garis keturunan bapakku, dengan mudah aku menemukannya karena yang paling menonjol diantara kuburan lainnya dan aku lihat juga ada beberapa orang berziarah.
Banyak para santri disana namanya lingkungan Pesantren yang umurnya sudah lama sekali, dikenal Pesantren Melangi.
Disana aku mendoakan agar KH. Melangi diterima disisi Allah....aamiin,.
Sekarang aku ceritakan tentang mbah Ida karena mbah Ida masih ada darah biru dari generasi KH. Melangi dan akhirnya mengalir ke bapak , sekarang mengalir ke diriku walau tidak sepenuhnya karena ibuku bukan darah biru.
Aku beruntung bisa mendengarkan cerita tentang mbah Ida ketika muda karena aku pendengar yang baik dan ceritanya menarik sehingga mbah senang menceritakan masa lalunya. Mbah empat bersaudara , tiga perempuan dan satu laki-laki.
Mbah benar-benar darah murni biru, karena ayah dan ibunya yaitu kakek buyut serta nenek buyut sama-sama ningrat . Pada waktu itu untuk pernikahan selalu dijodoh kan karena orang tua dahulu terutama para ningrat untuk menikahkan anak-anaknya selalu mengutamakan bibit dan bobot , itu juga yang dialami mbah.
Menurut cerita mbah kalau ayahnya punya usaha sehingga beliau jarang ber - kunjung ke kraton karena beliau selalu pergi ke Belanda dalam rangka usahanya.
Kakek buyutku benar-benar pintar, dari indonesia membawa kerajinan yang bisa dan laku di Belanda dan dari Belanda membawa peralatan sepeda serta motor , semua itu dipasang di Jogjayakarta. Kata mbah merek sepedanya terkenal pada waktu itu, tapi kalau untuk motor karena termasuk barang mewah motor hanya diproduksi sedikit.
Karyawannya berjumlah tujuh puluh orang, pokoknya buyutku pada waktu itu terma-suk pengusaha yang sukses.
Kakek buyutku bernama KH. Ilyas walau tidak bisa membaca tapi otaknya encer alias pintar dan kalau ingin tahu berita ada orang yang membacakannya.
Dalam perjalanan dari Indonesia - Belanda memakai kapal laut karena pesawat penumpang belum ada.
Selain punya usaha sepeda dan motor kakek buyut punya usaha Penginapan yaitu hotel kecil yang bernama Penginapan Asia Arika di jln Pasar Kembang dekat Stasiun Kereta Api. Menurut cerita mbah sebetulnya Penginapan tsb jatuh ketangan mbah dan bisa jadi ketangan bapakku untuk mengolahnya tapi kenyataannya entah bagaimana jatuh kesaudara kakek buyut.
Tapi semua aku pikir tidak perlu disesali karena memang sudah jalan hidup yang kita harus lalui dari Allah, itu hanya perantara dan semua kita harus ambil hikmahnya.
Hikmahnya jika bapakku jadi mengelolah Penginapan itu maka kita tidak mungkin merantau ke jakarta dan akhirnya ke Curup Bengkulu dengan berbagai pengalaman hidup pahit dan manis. Berbagai pengalaman pahit kita alami dan ini yang membuatku kuat menjalani hidup dan orang tuaku mengajarkan kepada anak-anaknya untuk berusaha keras dalam hidup jangan mengharap warisan dari orang tua. Mungkin sering aku bahas di tulisanku ini semoga yang membacanya tidak bosan.
Aku lanjutkan ceritanya..... mbak dari mbah senang sekali naik motor, kata mbah beliau tomboy tidak feminim seperti mbahku .
Mbak dari mbah Ida menikah dengan laki-laki Ingris dan seorang atlit berkuda tapi sayang umur perkawinan mereka hanya satu tahun dan tidak memiliki anak.
Mereka berpisah bukan karena tidak punya anak tapi karena mbak dari mbahku tidak mau tinggal di Inggris, walaupun begitu mbak dari mbahku selalu dapat kiriman bingkisan dari Inggris. Pada akhirnya mbak dan mbahku menikah dengan Juragan atau pengusaha gerobak, pada waktu itu pengusaha gerobak termasuk orang kaya dan sukses. Sampai disitu ceritanya dan mbah Ida tidak tahu lagi tetangtang mbaknya.