Yang aku sukai tinggal di Bogor tradisinya seperti ngabuburit yaitu jalan-jalan sore sambil menunggu buka puasa dan cucurak yaitu makan bersama tanpa piring tapi dengan daun pisang dengan menu nasi liwet,rebus daun singkong, lalapan terutama lalap poh-pohan, teri campur jengkol dan sambal serta krupuk dll pokonya tergantung dengan selera. Biasanya dilakukan sebelum bulan Ramadhan bisa dikatakan menyambut datangnya bulan Ramadhan . Sebetulnya masih banyak lagi tapi aku hanya mencerita -dua saja. Di mess semuanya mudah didapat terutama daun pisang dan daun singkong karena Awis selalu menanam dan kita anak mess bebas mengambilnya, pokoknya Awis it's the best dia andalan anak mess asal kita ingin kelapa muda dengan sigap dia memanjat dan mengambilnya untuk anak mess. Dia bagian kebun dan juga andalan anak mess untuk itu aku selalu menyempatkan memberi bingkisan Idul Fitri walau tidak seberapa berupa biskuit kaleng dan sirup.
Cucurak ( makan bersama )
Kembali aku ceritakan tentang cucurak seperti yang di photo, kita makannya berkumpul tanpa kursi jadi kita duduk dilantai beralaskan tikar.
Ini sungguh nikmat makan bersama walau dengan menu ala kadarnya tapi terasa nikmat, apa lagi aku kalau sudah ketemu lalapan hmmmm.... yang lainnya lewat tidak aku lihat lagi. Entah kenapa aku suka sekali dengan yang namanya lalapan walau tanpa daging hanya tempe goreng atau ikan asin goreng sudah nikmat.
Kalau sambal sejujurnya setelah aku sakit radang tenggorokan aku tidak suka pedas, tadinya jangan dibilang aku jagonya pedas.
Awalnya setelah sembuh dari radang tenggorokan aku mencoba makan pedas seperti biasa tapî setelah makanan masuk ditenggorokan serasa panas menyengat semenjak itu jika aku makan pedas tidak sebanyak seperti sebelumya.
Makanan khas Bogor yang aku suka bihun kecor,mie leyor, soto mie mang odong dan kredoknya. Nacchhhh.......... Warung mang Odong itu warung favoritku selain murah cocok dilidahku. Warung mang Odong disebrang jalan Tol Bogor Rest Area termasuk desa Cijulang, walau warungnya kecil tapi banyak pelanggannya disana.
Atas saran pak Ahmad aku dianjurkan untuk ziarah ke makam KH Melangi di Jogyakarta, karena pak Ahmad tahu kalau aku masih punya darah biru dari bapak yaitu keturunan dari KH Melangi pendiri Pesantren Melangi dan masih ada karabat Raja Hameng Kubuwono 1 nama aslinya Pangeran Hangabehi Sandiyo.
Pokoknya silsilahnya panjang dan akhirnya ke bapakku, kata pak Ahmad masak yang masih ada garis keturunan enggak pernah nengokin makamnya.
Aku pikir benar juga , orang lain yang tidak ada hubungan darah kesana aku kok malah tidak pernah. Aku selama ini tidak pernah tahu tentang garis keturunan bapak.
Yang aku tahu bapak punya darah biru, itu saja.....