Aku ceritakan lagi tentang Dewi, manusia itu berencana tapi semua Allah yang menentukan, baik itu cita-cita,pekerjaan maupun pasangan hidup .
Sama halnya dengan Dewi yang menginginkan pasangan hidup dari kalangan militer tapi pada akhirnya jatuh dalam pelukan Tono dan menerima pinangan Tono untuk menjadi istri pendamping dalam hidupnya.
Awalnya dia berusaha melawan cintanya dan berbagai cara untuk tidak menerima cintanya tapi kembali lagi semua memang sudah jodoh jadi tidak bisa mengelak.
Sebelum menerima pinangan Tono dia meminta saran dan nasehat padaku, karena dia ragu mengingat Tono usianya dibawah dia mungkin sekitar beberapa tahun.
Aku bilang apalah artinya beda usia yang penting harus bisa saling mengerti jika ingin bahagia dalam rumah tangga. Jika dia selalu memandang pasanganmu dan menganggap dia lebih muda akan selalu menjadi sumber masalah dalam rumah tangga. Biarpun dia umurnya dibawahmu, dia tetap kepala rumah tangga yang harus dihormati dan didengar jika ingin menjadi istri yang baik.
Janganlah masalah kecil selalu dibesarkan dan janganlah selalu menunda masalah, tapi selesaikan jika ada masalah serta sebagai suami istri nanti harus saling melengkapi serta mau menerima kekurangan pasangannya serta teerbuka. Itu nasehatku pada Dewi.
Sepertinya Dewi mengerti apa yang aku nashatkan padanya, lalu dia berkata
: - Mba sesudah nikah saya ingin tinggal di Klaten dan Tono mau mencari kerja atau buka usaha disana, saya ingin menjadi ibu rumah tangga.
Menurut mba Tuti bagaimana ?
: - Kalau menurutku Wik, jika disana masih harus mencari kerja lebih baik
Dewi tetap kerja dan Tono juga tetap kerja di Restaurant Balung jingkrak.
Kontrak rumah yang tidak jauh dari sini. Kalau dirimu ingin keluar dari
kerja sayang tunggu dulu Tono dapat pekerjaan yang lebih mapan.
Kamu tahu sendiri berapa gaji di Restaurant tidak akan cukup, sedang
pekeerjaanmu sudah mapan sayang kalau berhenti.
Aku berusaha meyakinkan Dewi agar niatnya keluar dari pekerjaan jangan dilakukan, semua ini aku lakukan untuk masa depannya karena kita semua yang tinggal di mess bagaikan saudara walau tidak ada pertalian darah.
Mereka semua sayang padaku dan aku tempat curhat keluh kesah mereka terutama masalah pacar.
Enggak heran asal mereka pulang dari jalanjalan atau belanja selalu membelikan oleh-oleh untuk, begitu juga aku tidak lupa untuk mereka.
Pada akhirnya Dewi mengikuti saranku, dia tetap kerja dan merencanakan me-nikah serta pesta perkawinannya di Pelambang di rumah orang tuanya.
Sebagai kado perkawinan Dewi aku membelikan cincin emas, karena dia sering mem-bantu usaha bisnisku, membantu memasukkan krupuk kulit ke plastik.
Begitu juga bu Encop selalu membantuku untuk titip krupuk kulit ketika Rm. Timbel masih buka ketika untung aku selalu menyisihkan untuknya sehingga bu encop semangat kalau aku titip.
Tapi setelah Rm. Timbel tutup aku beli sendiri ketika aku libur kerja.
Ada kejadian lucu dengan Dewi ketika magrib mengambil air wudhu di keran dekat pagar dan menadah dia terkejut lalu teriak. aku cepat-cepat keluar dari kamar apa yang terjadi karena suara teriakan dewi begitu keras, kiranya di dekat pagar ada orang gila wanita hendak manjat pagar kawat namanya juga orang gila jadi dikira gampang manjat pagar kawat yang tinggi, karena terkejut mendengar teriakan Dewi si orang gila jatuh keselokan air.... ada... ada ... saja kejadian.
Satu persatu orang lama meninggalkan Mess sebagian besar menikah dan sebagian lagi mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Hanya diriku yang masih bertahan di mess , tidak heran kalau ada yang menjuluki aku penghuni mess abadi.
Sesuai saranku akhirnya Dewi dan Tono mengontrak rumah kontrakan di dekat rumah bu Encop di Bubulak.
Walau sudah menikah hubungan persahabatan kita masih erat karena aku sering main ke T-Mart setelah pulang kerja dan bercerita tentang hubunganku dengan si country road.