Mba Mar yang selama ini bekerja di Dena Utama dan selalu pulang bersamaku pindah bekerja karena diterima menjadi salah satu Pegawai Negeri disalah Kantor di P&K (Pendidikan & kebudayaan) di Bengkulu dan sebelum mba Mar berhenti sudah di ada pegawai baru untuk pengganti pekerjaan mba Mar.
Kali ini Bendahara di Kantor bukan seorang wanita lagi tapi seorang pria nama nya Damsi, umurnya dibawah umurku tapi aku memanggilnya mas Damsi karena aku
menghormatinya. Mas Damsi berasal dari Curup orang Rejang Lebong , orangnya cukup baik, ramah , berkulit agak bersih tidak tinggi dan tidak pendek hidung agak mancung, cukup lumayan cakep. Mas Damsi punya istri orang Palembang , berkulit sawo matang,tinggi dan gemuk katanya lebih tua, untuk anaknya berkulit seperti bapaknya agak putih serta anak perempuan yang cantik sekitar umur satu tahun.
Mas Damsi dan keluarganya tinggal rumah disebelah kantor, mas Prapto tidak berkerja lagi , dia pulang ke Jawa Tengah dan pak Amirullah sudah dipindahkan ke Kantor Cabang di Padang sesuai dengan permintaannya, sehingga aku menggantikan pekerjaan pak Ammirullah.
Boss besar masih suka datang dari Jakarta, kalau boss datang seperti biasa
para pegawai yang diluar ruangan suka mendengar ketika boss marah, biasanya nama binatang disebut seperti anjing... babi.... kita selaku bawahan sudah biasa mendengarnya jadi sudah tidak kaget lagi. Boss datang hanya beberapa jam saja, lalu pergi lagi tapi kali ini datang untuk menetapkan mas Karsito menjadi Asisiten Manajer.
Aku sekarang menduduki pekerjaan sebagai accounting dan kadang aku di-
beri tugas keluar juga bayar pajak ke Bank atau menyerahkan berkas pajak ke kantor
Pajak dll. Ini membuatku jadi menggairahkan bertemu banyak orang dan tidak mem-
bosankan selalu didalam kantor.
Aku mulai terbiasa hidup di Bengkulu yang hawanya panas,susah air jika air di tempat om sedikit karena mati listrik, aku dan mba Ros serta mba Ani mengambil air dari sumur di Masjid dengan melewati jalan setapak.
Mba Ros , Ferry selalu membantu karena dia kasihan melihatku dan setiap keluarga datang dari curup serta menginap aku selalu berpesan agar mereka mandi cukup air satu ember. Aku mulai menabung di BRI dan aku juga mulai menjadi anggota Perpustakaan seperti yang aku lakukan ketika tinggal di Jogyakarta, hanya bedanya kalau di Jogyakarta selain membaca buku disana aku juga meminjamnya untuk dibawa pulang tapi di Bengkulu aku hanya meminjam untuk aku bawa pulang, karena hari sabtu kerja setengah hari maka aku bisa ke perpustakaan.
Buku yang aku pinjam novel kesukaanku tapi dalam bhs. Inggris.
Hari minggu aku lebih suka dirumah bersih-bersih tapi kadang aku dan mba
Ros serta Novi (anak mba Ros yang kecil) pergi ke belanja ke Pasar Bengkulu untuk
beli sayuran dll. ini lebih murah harganya dibandingkan beli di Warung dan pulangnya
kita naik Delman.
Teman sahabat penaku selama aku tinggal di Bengkulu semakin banyak di
karenakan dari alamat berantai, tapi dari semua itu tidak ada yang menjurus kearah
pacaran sebab kebanyakan mereka wanita,gadis,laki-laki yang sudah beristri,single
dan kita asik dengan cerita tentang negara kita atau apa yang kita kerjakan .
Kita juga saling kirim kiriman post card atau souvenirs dll.
Seperti biasa dikarenakan hobbyku ini banyak orang yang mengira aku ha-
nya tertarik dengan orang bule, sampai kakak ipar mba Ros yang kerja di Dena Hotel
berpikiran seperti itu. Aku kenal baik dengan kakak ipar mba Ros maupun istrinya ka-
rena mereka sering datang ke rumah bedeng.
Mereka dan yang lainnya termasuk omku berpikiran seperti itu dikarenakan
setiap malam minggu aku tidak ada yang ngapelin, pernah ada salah satu pegawai PU (Pekerjaan Umum) Bengkulu yang selalu datang ke kantor dan katanya teman-teman dia tertarik padaku menurut cerita teman-teman dia pernah nikah dan cerai serta dia agak sedikit rada ........... maaf kata rada setengah , pernah dia datang ketika jam makan siang, begitu dia datang aku cepat-cepat pamit pada mas Damsi kalau aku mau ke Kantor Pos padahal itu hanya alasanku untuk menghindar darinya, terus terang aku takut sekali.