"Coba ulurkan tangan sebelah kiri " katanya lagi, aku mengulurkan tanganku sebelah kiri, lalu engko mencermati telapak tanganku kaca pembesarnya " Nok suaminya orang jauh " katanya.
" Maksud engko jauh gimana " kataku sambil tertawa, karena semua ramalannya kuanggap tidak ada artinya, kuanggap hanya candaan saja.
" Orang jauh seperti Cirebon - Jogyakarta " jawab si engko, aku pikir kalau untuk sekarang Cirebon - Jogyakarta bukan termasuk jauh.
"Suaminya bagus dan baik, tapi nok bisa dua kali " katanya, " aacchhh yang benar " jawabku, kali ini engko ragu lagi, lalu dia mencermati telapak tanganku lagi untuk meyakinkan " oohhhh hanya sekali " kali ini dia menjawab dengan penuh keyakinan.
" Sebelum nok kembali ke jogyakarta , nok akan sakit " kali ini aku tidak berkata apa-apa lagi, aku pikir sudah cukup lama di tempat engko sehingga perjalananku ke Pasar tertunda , " engko maaf , aku mohon diri mau ke pasar " lalu engko mempersilakan jika aku ingin ke Pasar. Setelah mengucapkan terima kasih dan pamitan aku pergi ke Pasar untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang besok paginya.
Sorenya aku ke Pekarungan untuk berpamitan karena aku besok pagi berangkat naik kereta yang jam 09.00 pagi jadi aku takut tidak sempat berpamitan pada orang tua mba Beda dan adiknya si Se'dah.
Di Pekarungan aku diajak makan " Tik makan yuk " kata mba Beda , lalu mba beda mengeluarkan nasi lauk pauk salah satunya ikan pindang " Tapi kalau ikan pindang-nya pahit jangan dimakan yacchh " kata mba Beda dan mba beda menyuruhku untuk mencicipinya " Bagaimana ? pahit enggak ? aku mengambil sedikit dan mencobanya " enggak pahit kok mba, enak " kataku meyakinkan.
Sesudah makan aku seperti biasa membantu cuci piring setelah itu aku ngobrol sebentar dengan Se'dah dan yang lain sambil menunggu mba Beda seperti biasa dari rumah ibunya ada saja yang dibawa, akhirnya kita pulang seperti biasa motong jalan.
Malam itu aku ngobrol agak lama dengan mba Beda dan dia berpesan untuk selalu kirim khabar padanya. Lalu aku berpamitan untuk tidur, aku menuju ke kamar dan kulihat semua sudah kurapikan semua kedalam tas begitupun oleh-olehnya sudah kumasukkan besok aku tinggal berangkat menuju Jogyakarta.
Malam itu aku langsung tidur , tapi aku kebangun tiba-tiba saja perutku mual dan keringat dengin membasahi dahiku serta perutku berkeringat juga, ada apa dengan diriku ini. Aku bergegas ke Toilet lalu aku kembali lagi ke kamar, dikamar perutku malah bertambah mual dan mau muntah lalu aku ke toilet lagi dan kembali lagi ke kamar, aku berusaha untuk tidak ke toilet lagi keringat dingin masih membasahi tubuhku dan aku mengambil Cream Remason agar perutku tidak mual lagi dan kutekan perutku dengan bantal dalam pisisi setengah duduk....... yaacchhh Allah ada apa dengan diriku aku tak tahan lagi; lalu aku membangunkan mba Beda apa boleh buat aku menggangu tidurnya yang nyenyak .
Aku berjalan menuju kamar mba Beda dengan keringat dingin membashi baju, perut bertambah mual,mau muntah dan ke belakang aku ketok kamar mba Beda sambil memanggilnya " tok ! tok tok ! mba ... mba... " suaraku lemah tapi untungnya dia dengar alu aku ceritakan apa yang aku rasakan, tak tahan lagi aku ke belakang lagi ke toilet sementara itu mba Beda memasak air serta membuatkan air hangat dicampur dengan gula pasir dan garam, "Minumlah ini Tik , agar kamu tidak kekurangan cairan,ini namanya oralit " dengan patuh aku meminumnya, lalu mba Beda berkata agar tidur, " Mungkin kamu keracunan ikan pindang " " bisa jadi mba" jawabku. Lalu aku berusaha tidur lagi dan sebelum pergi mba Beda berpesan agar kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk membangunkannya, aku mengucapkan terima kasih dan meminta maaf sudah mengganggu tidurnya.
Lalu aku berusaha untuk tidur tapi tiba-tiba perutku sakit lagi dan ingin kebelakang lagi aku berusaha untuk tidak kebelakang, keringat dingin keluar lagi dan Remason kuraih tidak jauh dati tempatku,cepat-cepat kuletakkan cream ke perutku keringatku tambah banyak " yaacchhhhh ... Allah jika memang aku harus meninggal disini aku siap tapi kalau memang tidak tolong sembuhkan " aku berdoa sambil berusaha menahan sakit akhirnya aku tertidur.