Keesokan harinya dengan persiapan yang matang aku sudah mempersiapkan materi yang aku akan ambil dan kira-kira apa yang akan ditanya oleh Kepala bagian Humas. oohhh yacchhh .. surat dari Dosenku untuk Kepala Pelabuhan sudah aku beri -kan sayangnya kata beliau belum ada lowongan pekerjaan.
Aku dan Sri menghadap kepala bagian Humas dan sudah kuduga pertanyaan ada seperti sama dengan pertanyaan yang kemarin ditanyakan kepala pelabuahan , hanya kali ini kita banyak pengarahan dan bimbingan apa saja yang harus kita telusuri sesuai dengan judul skripsi yang kita buat.
Aku memilih judul " DAMPAK EKSPORT MAKANAN TERNAK BAGI INCOME NEGARA "
dan aku mulai menyusuri Pelabuhan serta melihat-lihat sekelilingnya serta aku banyak mendapat pinjaman buku-buku tentang Pelabuhan Cirebon serta pekerjaan apa saja berhubungan dengan Administrasi Pelabuhan.
Selama aku dan Sri memakai seragam maka alhamdulillahhh .. kita aman, orang-orang pelabuhan yang ada disekitarnya tidak berani mengganggu kita.
Pelabuhan Cirebon ternyata Pelabuhan Rakyat dimana banyak kapal-kapal rakyat bersandar disana dan kedalaman pelabuhannya hanya berkisar 5 meter, sehingga untuk kapal besar tidak bisa bersandar di pelabuhan jadi jika memuat barang atau bongkar barang dibutuhkan tongkang .
Sama halnya ekspor makanan ternak ke Eropa , Kapalnya tidak bisa merepat ke pelabuhan. eksport makanan ternak di ekspor ke Jerman dan pabriknya ada di kota Cirebon ,aku akan menelusurinya serta mencari tahu banyak untuk menyusun skripsi yang akan kubuat. Dalam beberapa hari aku banyak belajar dan mencari informasi di sekitar pelabuhan dan ketika aku dan Sri berada di kantor Pelabuhan
kita bertemu dengan seorang taruna yang sama seperti kita sedang PKL namanya Haryanto, dia kuliah di AKS IV Solo, aku perhatikan Haryanto seorang dari keluarga mapan terlihat dari penampilannya serta berkendaraan motor besar yang barang tentu mahal harganya. Haryanto berbadan kuru ,tinggi tidak tampan tapi wajahnya mencerminkan playboy hal ini didukung dengan cara dia berbicara dengan lawan jenisnya serta dengan kekayaan yang dia punya sudah barang tentu kekayaan orang tuanya karena dia masih berstatus mahasiswa yang belum bisa menghasilkan uang. Itu sekelumit pengamatanku pertama kali aku bertemu dengannya, aku harus waspada instingku mengatakan begitu.
Aku suka berteman tapi kalau untuk lebih aku tidak berpikir karena aku masih kuliah. Tapi sebagai wanita normal ingin punya pacar dan yang selalu memperhatikan dan bisa untuk sharing.
Untuk temanku yang baru kukenal ini terus terang aku tidak tertarik dan murni aku hanya untuk berteman, Haryanto minta alamat dimana aku dan Sri Tinggal.
Benar saja dengan insting playboynya dia berkunjung ke rumah kost kita dan ia berkenalan juga dengan mba Beda, karena kita di rumah semua wanita dan diseb- rang rumah kita adalah rumah pak RT sepertinya dia curiga karena didatangi seorang laki-laki sehingga aku membuka pintu lebar-lebar ketika Hariyanto datang dengan motor besarnya karena pak RT mulai curiga dikarenakan Hariyanto sering mengunju- ngi kita. Pernah ketika aku pergi dan di rumah hanya ada Sri dan mba Beda , Dia enggak masuk kerumah dan cepat pergi, ini menimbulkan kecurigaan mba Beda " Tik kemarin pas kamu pergi Hariyanto datang tapi dia enggak lama langsung pergi, kelihatannya dia suka sama kamu " "Aku menjawab " mungkin karena Sri enggak banyak ngomong mba, makanya dia kurang dekat " " enggak juga Tik, pengamatan mba Beda , dia suka sebab kelihatan dari tingkah lakunya kalau dia ngobrol sama kamu " mba Beda berusaha meyakinkan.
" acchhh........ mba Beda bisa aja " jawabku lalu aku melangkahkan kakiku ke kamar sambil berkata " mba aku mau tidur yacchhh ..."
Mba beda kalau ketika aku dirumah dan mba Beda mau belanja untuk warung -nya dia selalu minta tolong aku untuk menjaga warung , dengan senang hati aku membantunya ; untuk harga aku selalu melihat daftar harga yang di pasang dibalik kaca etalase. Selama kita PKL kita kadang mengalami kesulitan untuk mengetik, dan ter- paksa kita pergi ke Gereja tidak jauh dari rumah mba Beda, disana penjaga gereja dengan senang hati meminjamkan mesin tik untuk Sri karena yang butuh Sri aku; hanya mengantarkan Sri saja penjaga gereja tahu kalau Sri beragama kristen dan aku islam, dia memberikan brosur tentang agama kristen pada Sri dan Aku. Aku terima saja tapi aku tidak berniat membacanya , penjaga gereja dengan ramah mem- persilahkan kita untuk datang lagi jika membutuhkan pertolongan untuk pengetikan dengan senang hati dia akan meminjamkan mesin tiknya pada kita. Kita hanya bisa mengucapkan terima kasih.
Aku berpikir tidak akan kesana lagi dan aku bilang ke Sri jika perlu dan terpaksa pergi kesana lagi lebih baik pergi sendiri aku tidak mau menemanin karena aku tidak nyaman, mba Beda juga memperingatiku jangan kesana lagi memperingatkanku.
Haryanto sekarang sering datang ke kostku dan sering curhat tentang pacarnya, bagaimana dia menggaet wanita dengan mudah dll. Tentu saja aku jadi pendengar yang baik dan sesekali aku memberi komentar dari ceritanya aku jadi tahu dia itu bagaimana sifat. Sering aku kalau pulang dari Pelabuhan Hariyanto ingin me-ngantarkan aku pulang tapi aku tidak mau aku milih jalan kaki tochhh........... tempat tinggalku tidak jauh hanya beberapa menit jalan kaki.
Haryanto sering mengajak aku untuk jalan-jalan ke Linggar jati dengan motor tapi selalu kutolak dengan halus karena aku tidak mau jadi korban playboynya, kartu-nya sudah ada ditanganku jadi aku waspada jika berhadapan dengan dia.
Ohhhh yacchhh...... aku pergi ke Pelabuhan tidak bersama dengan Sri lagi kita berpisah karena sesuai judul skripsi yang kita ambil; tapi walaupun begitu kita masih satu kost dan satu kamar.
Alhamdulillahhh kita dapat kost yang tidak jauh dari Pelabuhan, di pusat kota dan dekat dengan Pasar Pagi, yaitu pasar sayuran,pakaian dll.
Cirebon terkenal dengan Nasi lengkonya kebetulan tidak jauh dari tempat kita ada yang jual nasi lengko murah dan enak, maklumlah kantong mahasiswi uangnya terbatas pada waktu itu aku minta dikirim Rp 25.000,- per bulan sebetulnya pada waktu itu kurang tapi aku tidak ingin memberatkan orang tuaku, karena orang tua harus membiayai tiga anak yang kuliah, aku harus super hati-hati untuk mengeluar-kan uang untuk makan jadi aku lebih banyak masak sendiri dengan kompor yang di-pinjamkan dari mba beda.