Semakin hari semakin banyak pasien dik Ndaru, buka tetap hari sabtu dan minggu sebab tidak ingin dik Ndaru terganggu kuliahnya, akibatnya sabtu dan minggu sebelum subuh sudah banyak orang diluar rumah, aku dan Warti serta bulek harus bangun lebih cepat untuk menyiapkan segalanya.
Hari libur sabtu, minggu aku super sibuk dari mulai bangun sampai malam hari sebab bulek sibuk di luar mengatur pasien yang mana lebih dahulu datang ,aku dan Warti sibuk di dapur kadang menyiapkan teh jika pasien itu masih keluarga.
Keponakan om yang tinggal di Temanggung sekarang sering datang ke Blunyah ke rumah om kadang nginep , namanya Lis, dia kuliah disalah satu perguruan tinggi di Jogyakarta kadang sabtu Yanto menjemput Lis. lis berkulit sawo matang,rambut panjang lurus dan berperawakan kurus lemah gemulai.
Aku pernah diajak sama bulek Ros ke rumah Lis di Temanggung beberapa kali sehingga aku kenal betul dengan keluarga Lis, di Temanggung keluarga Lis termasuk kaya dan terpandang sebab bapak Lis yaitu adik om Kartoyo punya jabatan tinggi dalam bidang Pendidikan, aku lupa jabatannya.
Selain ke Temanggung kadang aku dan masku ke Salatiga berkunjung ke rumah mbah Mrican jika pas libur semester . Aku senang ke Sala tiga disana aku pagi-pagi makan bubur candil,bubur sumsum,bubur ketan hitam, bubur pacar cina aku mengambil langsung dari kendil sebelum dibawa ke warung untuk dijual.
Bubur bikinan mbah Mrican enak, pelanggannya banyak biasanya enggak sampai tengah hari sudah habis jualannya.
Mengenai kuliahku berjalan lancar, hanya aku tidak bisa menjadi juara dalam mata pelajaran sebab aku tidak banyak waktu untuk belajar dan kalau sudah malam ngantuk apa lagi sekarang Kampusku sudah pindah di tidak di ATK lagi karena mahasiswa ATK sering berantam dengan mahasiswa AKS V, Kampus kita pindah di Jlagran sehingga aku kalau pulang sudah cepak karena aku pulang jalan kaki beda dengan masku, dia selalu pulang dibonceng sama temannya.
Pernah aku pulang malam dari kuliah ketika sampai di Petinggen tiba-tiba berhenti sebuah mobil dan seseorang dari mobil menawarkan " Mbak ayo.. naik sama kita-kita " aku ragu menerima tawarannya, karena aku tahu arah lurus adalah arah jalan sepi dan suasana sudah malam pula, kiranya orang menawarkan tumpangan tahu kalau aku ragu " Aku khan tetangga rumah mba " orang itu meyakinkan aku, dari balik kaca mobil kulirik yang ada di dalam mobil , ternyata ada sekitar tiga pemuda didalamnya jadi semua sekitar lima pemuda, instingku mulai beraksi curiga dengan cepat aku jawab " Tidak terima kasih, rumahku dekat kok itu disana " lalu serentak mereka menjawab ' ooohhhhh dekat..... " kata mereka sambil tertawa.
Alhamdulilllahhhh .... Allah masih melindungi diriku, bukan itu saja pernah ketika malam sekitar jam 7.00 aku disuruh sama bulek ngantar telur ke Warung mba Muji di pinggir jalan, ketika aku sedang bawa telur tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada dua orang pemuda dengan berkendaraan motor ingin memegang diriku, seperti biasa disekitar jalan dekat rumah kalau sudah jam 7.00 malam sudah sepi maklum dekat sawah dengan gerak riflek aku tangkis tangannya sambil teriak aku berkata " Kurang ajar lho ! kalo berani turun ! " kata-kata itu meluncur tanpa aku sadari, padahal kalau benar mereka turun dari motornya aku pastinya akan ambil langkah seribu atau aku lempar dengan telur yang aku bawa.
Kadang aku kalau mengingat itu semua rasanya aku ingin kost dekat kampus sehingga tidak jauh kuliah dan bisa belajar juga, tapi untuk pindah bagaimana alasan yang harus aku utarakan ke om dan bulek, untuk masku , dia tidak jadi masalah karena seperti yang penah aku bilang laki-laki punya keistimewaan di rumah ini dibandingkan kita perempuan , kakakku kelihatannya sangat menikmati dan tidak jadi masalah karena dia sering pergi antar jemput dengan temannya. Serasa aku tidak punya pelindung disini, aku sering menangis . Untuk mengeluarkan rasa sedihku, aku lebih sering mengungkapkan di dalam puisi karena aku berusaha orang tidak tahu, aku punya kumpulan puisi dimana disitu berisi berbagai macam perasaanku yang aku tuang dalam bentuk puisi buku puisiku kuberi nama " TONG SAMPAH " serasa hati lega setelah aku menulis puisi.
Tapi sejak aku punya Buku Harian hadiah ulang tahun dari dik Ndaru, aku tidak menulis puisi lagi , aku tulis Buku Harian dengan bahasa Inggris sambil belajar bahasa inggris.
Kadang aku dan Warti kalau kita sedang libur kita makan di tempat pertemu-an untuk para petani ketika dapat penyuluhan, tempatnya disebelah rumah tetangga orang Bandung, tempatnya enak untuk makan siang kita bisa melihat hamparan sawah dan Gunung Merapi dari kejauhan, tempat itu tempat favorit kita untuk menghilangkan capek dan nyaman untuk makan siang karena tempatnya nyaman dan adem. Biasanya kita membawa nasi dibungkus daun dan setelah makan kita berleha-leha dengan menikmati semilir angin yang bertiup sepoi-sepoi serta hamparan padi yang hijau serta pemandangan Gunung dari jauh.