Kita memakai seragam PDH dan PDL, PDH (Pakaian Dinas Harian ) seragam angkatan laut berwarna abu-abu , PDL ( Pakaian Dinas Lapangan ) pakaian tentara dan kita memakai wings dan peralatan lainnya.
Tibalah perpoloncoan dan dilaksanakan selama satu bulan, selama pelonco banyak kejadian suka duka serta kejadian lucu.
Aku dan masku berangkat dari rumah subuh dengan memakai kaos biru muda ,berlengan panjang bertuliskan AKS V Jogjakarta serta memakai celana panjang PDL berwarna hijau ,rambut potong sebahu, sepatu tentara dan ransel berisi dua batu bata dan sesuatu tugas yang diberikan dari panitia; dengan semangat ke Kampus di Jln Kranggan memakai sepeda.
Aku naik sepeda yanto dan masku memakai sepeda dik Ndaru, selama pelonco kita pinjam sepeda mereka, kita berkumpul dihalaman Kampus ,setelah beberapa kata sambutan dari para dosen dilanjutkan dengan Panitia Perpeloncoan yang dilakukan oleh para senior , sebagai ketuanya Roland orang Batak.( Sumatera Utara ).
Roland orangnya tegas,berwibawa serta galak dimataku , terus terang aku kurang suka karena orang rada ceplas ceplos, aku memperhatikan satu persatu kakak tingkatku., ada yang baik,ramah dan ada juga dibikin berwibawa.
Setelah Panitia mengumumkan tugas-tugas yang dibebankan kepada kita untuk esok harinya dimana kita pagi-pagi setelah subuh kumpul di lapangan atau di kampus , lapangan tidak jauh dari kampus sekitar 200 m dan sorenya di Kampus sampai jam 23.00 dengan segala tugas-tugas apa yang harus kita bawa.
Selama pelonco benar-benar melelahkan , waktu tidak banyak dirumah itu juga dipakai untuk mencari permintaan dari panitia apa yang dibawa , kadang permintaan dari panitia tidak masuk akal seperti kita pulang dari kampus jam 23.00 dan paginya kita harus bawa anak kodok/katak, untuk aku dan maskuku tidak masalah sebab rumah bulek didepannya sawah , jadi kita mudah mencari anak kodok tapi untuk teman-temanku yang tinggal di perkotaan bisa bermasalah, akibatnya yang tidak memenuhi kena hukuman. Setiap harinya aku melihat dan mendengar bentakan dan hukuman dari kakak tingkat, ini benar-benar mencekam untuk yang tidak terbiasa dengan ala militer. Aku beruntung tidak pernah kena hukuman dan ini membuat diriku dimata Ketua Panitia marah karena kakak-kakak panitia lainnya membedakan, walhasil tanpa sebab aku dipanggil ketua Panitia ketika kita di lapangan seperti biasa berlari dll aku menghadap cadet Roland, kita memanggil kakak tingkat dengan sebutan cadet, entah mengapa dia membuatku marah karena ketidak percayaannya aku tidak membawa yang ditugaskan, sudah kujelaskan dan alasannya dia tidak percaya akhirnya aku di jemur dilapangan dibawah terik matahari pagi, dengan garangnnya dia menunjukkan tangannya kepadaku " Kamu tetap berdiri disitu sampai aku bilang hukumannya selesai, kalau pingsan biarkan ! " aku diam saja dan tak terasa air mata meleleh dipipiku bercampur dengan keringat matahari yang bersinar panas dan setelah kira-kira sejam berlalu hukuman selesai.
Pelonco ini benar-benar berat untukku, aku yang tidak biasa di bentak dan mendengar suara bentakan dimana-mana serta tugas-tugas yang tidak masuk akal membuatku benar-benar tertekan, karenanya ketika aku di rumah suara bentakan masih terngiang-ngiang ditelingaku. Ingin keluar tidak mungkin uang sudah dibayar dan kalau aku keluar aku akan menganggur dan jika kuliah lagi harus menunggu tahun depan itu juga apa ada uang untuk kuliah lagi, aku harus kuat tidak boleh patah semangat. Aku harus bisa... harus bisa melewati semua ini ! dalam hatiku.
Tak terasa perpeloncoan dua minggu berlalu hari sabtu serta minggu libur, sabtu seperti biasa aku dirumah dengan banyak kegiatan membantu pekerjaan rumah. Om selain bekerja sebagai dosen dan guru, juga mempunyai usaha sampingan berternak ayam petelur. Dari penyuntikan mencampur makanan dll, dikerjakan oleh seisi anggota keluarga. Aku dapat tugas memasak dan memngambil telur ayam serta memberi makan juga, jadi jangan ditanya aku tidak ada waktu untuk berkunjung ke rumah teman.
Hari sabtu kulihat dik Ndaru mengeluarkan vespanya untuk menjemput adik om yang dosen ATK mereka memanggilnya bulek Ros.
Seperti biasa aku sibuk di dapur menyiapkan makan malam, kudengar suara motor vespa mendekat tak lama kemudian kudengar suara seorang wanita, kemudian aku menyiapkan teh hangat untuk bulek Ros, kubawa segelas teh hangat dengan memakai tatakan terbuat dari almunium kuantar ke kamar depan kulihat disana seorang wanita tinggi kurus,rambut pendek diatas bahu ikal,berkulit kuning langsat dan berpakaian rok serta blus . Bulek Yun memperkenalkan diriku " ini Tuti anake mas narko seng neng Curup " " ooohhhh ini tochhhh Tuti " kata bulek Ros memandangku dengan wajah ramah dan suaranya halus seperti putri Kraton. aku membalasnya dengan senyum dan mengangguk." Tetap semangat y.... jangan takut sama kakak-kakak tingkat yang melonco, mereka sebenarnya baik kok " bulek Ros memberi semangat padaku. " Iya bulek " jawabku. Bulek Ros setiap sabtu datang dan minggu sorenya pulang ke kost-kostannya. Bulek Ros ngekost tidak jauh dari ATK dimana bulek mengajar, umur bulek tidak dikatakan muda lagi.