VEF Blog

Titre du blog : Otobiografi
Auteur : Tutisunaryati
Date de création : 07-06-2018
 
posté le 19-01-2019 à 10:37:30

PINDAH KE CURUP BENGKULU

          Akhirnya kedua orang tuaku memutuskan pindah ke Curup dengan harapan perubahan hidup disana dan dekat dengan mbah Ida,  ibu dari bapakku yang selama ini aku belum pernah bertemu dengan mbah Ida.

          Memang secara Sekolah pindahnya ke Curup serba nanggung sebab aku kelas 1 dan masku kelas 2 kita beberapa bulan lagi akan kenaikkan kelas, tapi apa boleh buat situasi menyebabkan kita harus pindah.

          Pada hari yang ditentukan  dan kira-kira th 1974   kita berangkat  hanya membawa baju-baju dan tas-tas yang kita punya. Kita Berangkat dari Jakarta naik bis menuju  Pelabuhan Merak dari Merak kita menyebrang Selat Sunda menggunakan Kapal Ferry , ini pertama kalinya aku mengalami perjalanan jauh menggunakan kapal laut. Angin laut berhembus kencang dan membuat badan menggigil. Banyak orang-orang di deck kapal dengan beralas koran ada yang duduk dan ada yang tidur.

Sementara itu Anak Buah Kapal /ABK lalu lalang menawarkan makanan dan minuman tapi kita tadak beli sebab uang bapak tidak banyak jadi harus hemat ,lagi pula kita banyak bekal makanan dari bude cawang,mbah gendut dan keluarga om . Jadi sudah cukup. Harga di Kapal untuk makanan cukup mahal dibandingkan dengan harga normal.

          Hanya dalam beberapa jam Kapalpun merapat, sambil menunggu izin kapal merapat kebetulan hari masih pagi banyak orang beradiri di deck kapal melihat  banyak anak-anak kecil dan orang dewasa berada di laut sambil berteriak " om lemparkan uang logamnya om !  ada beberapa orang melemparkan uang logam ke laut dan dengan lincahnya  mereka menyelam dan berebut uang logam dengan mulutnya, ini suatu pemendangan yang menakjubkan. dibutuhkan keahlian serta kecekatan  dan keahlian untuk memperebutkan uang logam dengan mulut mereka.

          Akhirnya tiba para penumpang turun kedarat, kita dengan sabar menunggu giliran keluar dari kapal, mobil-mibil pribadi,truk pengangkut.

          Pagi itu Pelabuhan Panjang Lampung terasa segar banyak orang perempuan ,laki-laki bahkan anak-anak menawarkan makanan untuk sarapa pagi. Bau Pelabuhan dan bau air laut terasa bercampur,badan terasa tidak enak karena belum mandi apa boleh buat namanya juga dalam perjalanan jauh.

Bapak ngasih petunjuk ke kita dimana stasiun kereta karena kita berencana naik kereta sampai ke Linggau dan dari Linggau naik bis ke curup.

Akhirnya kita tiba di stasiun dan keretapun mulai berjalan, kereta yang tidak bagus tapi lumayan yang penting sampai ketujuan dan biaya murah.

Di setiap stasiun kereta berhenti dan banyak orang menjajakan makanan dan minuman ada yang lalu lalang di dalam kereta dan ada yang lalu menawarkan dari luar lewat jendela. Berbagai macam ditawarkan dari makakan,minuman,permainan anak dll. 

           Akhirnya emak beli makan untuk kita beli nasi bungkus untuk kita 7 orang, emak  dan ibu terkejut ternyata begitu dibuka nasinya hanya sekepal hanya daun pembungkusnya  berlapis-lapis. Ternyata pembeli ditipu sama penjual.

           Aku ,adikku-adikku dan masku sangat menikmati perjalanan dengan kereta melihat hutan-hutan serta orang bekerja di sawah.

           Ketika sampai di Stasiun yang banyak orang jualan Nanas aku bertanya ke bapak " Stasiun mana ini pak ? ini Prabumulih, disini terkenal dengan nanasnya ,nanasnya manis  dan ibu membeli beberapa untuk oleh-oleh embah.

           Akhirnya kereta berhenti di Stasiun Linggau dan kita melanjutkan perjalanan ke Curup dengan bis mini , didalamnya hanya sekitar 12 orang.

           Linggau hawanya dingin beda dengan Jakarta yang panas sehingga kita menggigil. Aku melihat Linggau kota kecil,nyaman dan indah , ini benar-benar pengalaman yang tak terlupakan menginjakan kaki dari kota besar yang ramai ke kota kecil yang dingin,nyaman dan indah. Aku tidak banyak bicara sebab aku tidak bisa bahasa Sumatera. 

Dengan Bis mini kitapun menuju Curup, dengan jalan berliku-liku karena pegunungan aku memandang keluar dan melihat rumah-rumah yang kita lewati bentuk rumah yang berbeda rumah-rumah panggung terbuat dari kayu.

            Kita sampai di Curup ternyata hawanya begitu dingin, kota kecil lebih kecil dari kota Linggau. Kita sampai dan mbah Ida sudah menanti.

Akhirnya karena capek kita istirahat dulu di rumah mbah di Loteng belakang. Perjalanan jauh yang sangat melelahkan.