Kali ini emak berusaha kembali untuk jualan, aku enggak tau uangnya berasal dari mana yang jelas yang aku tahu mbah gendut adik bungsu emak selalu membantu. Mbah gendut kalau gajian atau bossnya pulang dari luar negeri selalu ketempat kita membawa makanan dan memberi uang ke kita, betapa baiknya mbah gendut pada kita.
Kali ini emak mencoba jualan gado-gado,dengan meja kecil dan tampah untuk meletakkan sayuran dan dingklik kecil kita kita berjualan pinggir jalan besar di dekat jembatan Haji Ung. banyak lalu lalang kendaraan disana serta orang hilir mudik maklum jalan besar jadi rama tentunya. Tapi memang bukan milik kita disana kita jualan disana tidak bertahan lama. aku selalu membantu emak dan ibuku juga tapi usaha kita tetap saja mengalami jalan buntu.
Sementara usaha bapak juga masih belum bisa diandalkan. Jika bapak dapat rizki maka yang utama ibu beli beras,prinsip ibu juga sudah ada nasi maka tenang karenaa nasi kebutuhan utama. Ibu suka menyuruh aku untuk menukarkan beras ke warung yang jual lauk pauk ditukar sayur ,atau tempe atau yang lainnya.Kadang aku malu karena aku yang sering ditugaskan sama ibu untuk menukarnya karena seringnya ke warung tsb, sehingga aku untuk bilang ke yang punya warung menunggu pembeli lain pergi, karena aku tau diri bukan pembeli tapi orang butuh menukar beras dengan lauk pauk hal ini tidak pernah dilakukan dengan orang lain selain keluarga kita,alhamdulillahh pemilik warung mengerti dengan keadaan kita yang miskin. Ketika bapak mempunyai rizki yang berlebih ibu ke pasar membeli bahan-bahan untuk masak makanan istimewa.
Hari ini ibu masak tumis sawi caisin dan sambal ikan merah, wahhh enak sekali makananku hari ini.... tapi aalah mak sedang enak makan, nasi sudah habis di baskom ,aku masih lapar..... aku hanya bisa memandang bakul yang sudah kosong kubersihkan bakul nasi ada sisa-sisa nasi menelmpel disana.
Dengan kemiskinan kita barang tentu bapak banyak utang, utang untuk kebutuhan kita makan dan bayar uang sekolah, hal ini membuat keperhatinan tetangga kita tante Mardioh. Pernah bapak minta bertanya ke guru ngajiku pak Haji Ilyas. Sebab setiap seminggu sekali aku ikut ngaji tentang hadist bersama-sama ibu-ibu dan wanita yang lebih tua dan barang tentu di situ akau yang paling kecil sebab masih SD. Aku bertanya walhasil aku ditertawakan dengan orang-orang dipengajian.
Pada suatu hari aku dipanggil sama tante Mardio, Tut mau enggak kamu kerja dirumah tante ? aku jawab mau tante , tapi bagaimana sedang aku masih sekolah.
Tante menjawab " Enggak apa Tut, kalau sekolah pagi bisa kerja di rumah tante habis sekolah, kalau sekolah siang kerjanya bisa sebelum sekolah, jadi disesuaikan sama waktu sekolah Tuti, khan lumayan utk bayar sekolah. kerjanya bersih-bersih rumah,ngepel dan bantu masak tante "aku bilang ke ibu dan ibuku menzinkan.
Mulai sejak itu aku bekerja di rumah tante, ketika makan tante menyiapkan sepiring nasi beserta lauk pauk dan sayur semangkok sesuai yang dimasak hari itu. Tapi kadang jatah makananku kubawa pulang untuk dinikmati seluruh keluarga.
Allhamdulillahhh agak terbantu juga ekonomi keluarga walau tidak seberapa.
Karena kita miskin maka ketika Hari Raya Idul Fitri cukup memakai pakaian yang beli di tukang loak. Bagi kita sudah cukup menyenangkan.
Aku bekerja dirumah tante dengan sungguh-sungguh karena aku tidak mau berhenti sekolah dikarenakan tidak ada biaya.